Pilihan
Puluhan Destinasi Wisata Tumbuh di Kawasan Hutan di Sumbar
Ketum PSSI, Erick Thohir Datangkan Direktur Teknik dari Jerman
Ustad Abdul Somad Geram Panji Gumilang Ajarkan Salam Yahudi di Ponpes
PUPR Targetkan Perbaikan Jalan Daerah Dimulai Juni 2023
Mahfud MD: Jika Informasi Dikelola Tertutup, Maka Negara Otoriter
Kasus Covid-19 Terus Melonjak, Dokter: Tenaga Medis Bisa Kewalahan
JAKARTA – Melonjaknya kasus baru harian positif Covid-19 dikhawatirkan akan membebani tenaga medis dan fasilitas kesehatan. Karena itu, semestinya masyarakat bisa lebih mematuhi protokol kesehatan seiring mulai diberlakukannya kebijakan new normal.
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Mohammad Adib Khumaidi menjelaskan, banyaknya kasus positif hingga Pasien Dalam Perawatan (PDP) membutuhkan perawatan di rumah sakit. Tentu hal itu menjadi beban bagi fasilitas kesehatan dan tenaga medis.
“Kalau di DKI Jakarta ada data berapa jumlah pasien yang masih dirawat atau pasien baru yang masuk. Nah kalau itu melebihi, bisa menjadi beban treatment. Angka terkonfirmasi positif tak berbanding lurus dengan fasilitas kesehatan,” kata dr. Adib kepada JawaPos.com, Rabu (10/6).
Dia berpesan kepada tenaga medis dan fasilitas kesehatan untuk bersiap menghadapi lonjakan pasien. Sebab ada potensi risiko fasilitas kesehatan kelebihan kapasitas. Bahkan dokter dan tenaga kesehatan bisa kelelahan.
“Kami akhirnya berpesan kepada teman-teman medis, teman-teman medis harus siap. Potensi buat kami pun mudah-mudahan tak terjadi ya fluktuasi dalam skala besar. Sebab bukan hanya overload kapasitas faskesnya, kelelahan bisa dialami dokter dan tenaga kesehatan. Bukan tak mungkin tenaga medis mengalami risiko juga, sakit, dan tertular,” papar dr. Adib.
Selain itu, dr. Adib secara tegas meminta agar rumah sakit dan fasilitas kesehatan ditentukan zonasinya atau mapping. Jadi, tak semua rumah sakit bisa menampung pasien Covid-19. Tujuannya agar tak terjadi penularan silang pada pasien-pasien non-Covid-19 yang berkunjung untuk mendapatkan perawatan.
“Saya dari awal bilang harus ada mapping dulu. Jakarta harus punya mapping di masa new normal ini. Usulan dari kami harus ada klustering RS. Ada RS khusus Covid-19 saja. Dan ada RS yang non-Covid-19. Sebab jika semua RS merawat Covid-19, potensi crossing penularan semakin tinggi,” katanya.
Maka transisi atau penularan pada pasien dengan penyakit komorbit yang bukan Covid-19, bisa dicegah. Masa transisi new normal bisa membuat pasien dengan penyakit selain Covid-19 bisa kembali berobat.
“Pada saat berobat, ada pasien penyakit komorbit harus diperhatikan. Sehingga saat berobat tak ada potensi penularan, supaya masyarakat terlayani dengan baik dan terlindungi agar tak tertular,” tegasnya. (Nurul Adriyana Salbiah/Marieska Harya Virdhani/jawapos)
Tulis Komentar