Pilihan
Puluhan Destinasi Wisata Tumbuh di Kawasan Hutan di Sumbar
Ketum PSSI, Erick Thohir Datangkan Direktur Teknik dari Jerman
Ustad Abdul Somad Geram Panji Gumilang Ajarkan Salam Yahudi di Ponpes
PUPR Targetkan Perbaikan Jalan Daerah Dimulai Juni 2023
Mahfud MD: Jika Informasi Dikelola Tertutup, Maka Negara Otoriter
Teten Masduki Sarankan Pedagang Pakaian Impor Jadi Reseller Produk Lokal
JAKARTA – Impor pakaian bekas dilarang, Menkop UKM Teten Masduki memberikan opsi kepada para pedagang thrifting menjadi reseller produk UMKM lokal. Hal tersebut diharapkan bisa menjadi substitusi dari adanya larangan penjualan pakaian thrifting ke depan.
"Karena banyak lah produk lokal untuk dijual oleh mereka (pedagang thrifting), dan tidak kalah bagus," kata Teten dalam konferensi pers di kantornya, Senin (27/3/2023).
Teten mengatakan hal tersebut juga menjadi permintaan dari para penjual pakaian thrifting berdasarkan hotline yang dibuka beberapa waktu lalu untuk menampung aspirasi terkait pembatasan produk pakaian bekas impor tersebut.
Banyak para pedagang thrifting yang mengeluhkan ketakutan bahwa mereka kehilangan mata pencaharian dari berjualan thrifting. Namun saat ini menurut Teten, UMKM lokal cukup mampu bersaing di pasar dan potensial untuk dijualkan.
"Ganti jualan lah, daripada berjualan pakaian bekas ilegal, lebih baik berjualan produk fashion lokal," sambungnya.
Menkop Teten menilai saat ini produk-produk pakaian bekas ilegal menjadi tantangan utama dalam mendukung produk UMKM bersaing di pasar dalam negeri. Sebab dengan banyaknya produk-produk impor terutama yang bekas, praktis membuat produk UMKM kalah saing, terutama dari sisi harga yang jauh lebih murah.
Menurutnya hingga saat ini setidaknya sudah ada 12 brand lokal yang siap menjadi substitusi dari barang-barang thrifting ilegal. Brand-brand tersebut merupakan hasil dari pengajuan atau laporan yang masuk ke Kemenkop. Terdiri dari industri alas kaki, fashion, kosmetik, dan lainnya.
"Dari segi harga sudah bisa kompetitif lah, asal tidak melawan sampah, pakaian bekas itu kan masuknya sampah, sampah enggak ada cost, ya itu pada ongkos produksi ya pasti kalah bersaing," pungkas Teten. (*)
Tulis Komentar