Pilihan
Puluhan Destinasi Wisata Tumbuh di Kawasan Hutan di Sumbar
Ketum PSSI, Erick Thohir Datangkan Direktur Teknik dari Jerman
Ustad Abdul Somad Geram Panji Gumilang Ajarkan Salam Yahudi di Ponpes
PUPR Targetkan Perbaikan Jalan Daerah Dimulai Juni 2023
Mahfud MD: Jika Informasi Dikelola Tertutup, Maka Negara Otoriter
Daya Beli Diyakini Masih Tinggi
Investor Properti Cuma Masih Tahan Belanja
SURABAYA – Properti tumbuh pada kuartal pertama tahun ini. Sinyal positif itu membuat pengembang optimistis pasar kembali bergairah. Mereka pun menggandeng perbankan agar daya beli masyarakat meningkat di tengah kondisi per-ekonomian yang belum stabil seperti sekarang.
Direktur Marketing Pakuwon Group, Sutandi Purnomosidi, menyatakan kondisi properti pada kuartal pertama ini lebih baik ketimbang tahun lalu. Dia yakin, properti kembali bangkit pada 2020. “Tahun lalu merupakan rekor terjelek sektor properti. Sekarang kami memanfaatkan momen kebangkitan,” ujarnya, Rabu pekan lalu.
Kendati end user dan investor cenderung menahan keinginan untuk berbelanja properti, Sutandi menegaskan bahwa daya beli masyarakat masih ada. “Hanya cenderung untuk keep (menahan), bukannya tidak punya uang,” lanjutnya.
Dengan menunda-nunda belanja, para pembeli berpotensi kehilangan momentum untuk mendapatkan properti dengan mudah. Sebab, pada akhir kuartal pertama ini, pengembang mempunyai banyak program dan promosi yang menguntungkan konsumen.
Bagi investor, menurut Sutandi, sekarang adalah waktu yang tepat untuk masuk ke pasar. Dengan suku bunga di bawah 5 persen seperti sekarang dan perhitungan yield sebesar 8–9 persen per tahun, investor akan untung.
“Apalagi, market sewa masih besar. Jadi, setelah beli, kemudian disewakan,” tuturnya.
General Manager Finance Pakuwon Group Fenny menambahkan, sejak pilpres tahun lalu, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan yang berpihak pada properti. Misalnya, penurunan tarif pajak penghasilan (PPh) untuk penjualan barang yang tergolong sangat mewah. Juga, menaikkan batasan nilai hunian mewah yang dikenai PPnBM (pajak penjualan atas barang mewah), merelaksasi LTV, serta menurunkan bunga.
“Pada 2019, kebijakan itu belum terlihat hasilnya. Makanya, sekarang jadi momen kebangkitan properti. Kami optimistis target pada kuartal pertama tercapai,” papar Fenny.
Tahun ini perseroan menargetkan marketing sales sebesar Rp 1,7 triliun atau naik 13 persen jika dibandingkan dengan pencapaian 2019. Tren transaksi dengan memakai KPR juga tercatat meningkat 85 persen.
Vice President Kantor Kredit Konsumer PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Surabaya, Rudy Harsono, menambahkan market properti paling besar saat ini berada pada kisaran harga Rp 800 juta sampai Rp 1,5 miliar.
“Ini masih awal sekali, apalagi adanya wabah korona. Tapi, kami yakin dengan adanya suku bunga yang rendah ini dapat memudahkan pembeli,” jelas Rudy. (jawapos)
Tulis Komentar