Pilihan
Puluhan Destinasi Wisata Tumbuh di Kawasan Hutan di Sumbar
Ketum PSSI, Erick Thohir Datangkan Direktur Teknik dari Jerman
Ustad Abdul Somad Geram Panji Gumilang Ajarkan Salam Yahudi di Ponpes
PUPR Targetkan Perbaikan Jalan Daerah Dimulai Juni 2023
Mahfud MD: Jika Informasi Dikelola Tertutup, Maka Negara Otoriter
Pasar Kurang Diperhatikan, APPSI Sebut Bisa Ada Gelombang Kedua
JAKARTA – Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) merasa pemerintah hanya mementingkan beberapa sektor saja untuk mendorong perekonomian. Sedangkan pasar sebagai tempat transaksi jual beli kebutuhan utama masyarakat kurang diperhatikan. APPSI mengkhawatirkan dari pasar muncul gelombang kedua penularan wabah Covid-19.
Ketua Umum APPSI Ferry Juliantono mengatakan pihaknya menyayangkan kurangnya campur tangan pemerintah dalam meminimalkan penyebaran Covid-19 di lingkungan pasar. Padahal pasar sangat dibutuhkan untuk menyerap hasil panen para petani dan mendistribusikan pangan ke masyarakat. Maka dari itu, edukasi sosialisasi kepada masyarakat dan pedagang pasar sangat dibutuhkan.
“Yang terpapar ini banyakan dari kalangan menengah ke bawah, ada dilema antara kesadaran kepada kesehatan dengan tuntutan mereka harus tetap belanja dan pedagang tetap berjualan, kesadaran kepada kesehatan itu kalah dengan tuntutan, akhirnya pasar yang tidak dilengkapi dengan protokol kesehatan yang memadai itu akan menjadi klaster baru,” tutur Ferry dalam diskusi Polemik Trijaya, Sabtu (6/6).
Dirinya pun tidak habis pikir, kenapa pemerintah tidak kunjung memberikan perhatian kepada pasar rakyat. “Masa old normal dengan new normal buat pasar ini tidak ada bedanya, pemerintah provinsi, kabupaten/kota itu perhatiannya relatif sedikit sekali terhadap pasar, padahal pasar itu rentan (penyebaran), tapi harus juga buka untuk melayani kebutuhan masyarakat, kalau kita lihat kan, harusnya ada sosialisasi ke pasar, itu terjadi awal-awal aja, bulan Maret itu ada perhatian penyemprotan (disinfektan),” imbuh Ferry.
Di era new normal, semua aktivitas akan kembali seperti biasa dengan pendekatan lebih kepada kesehatan. Jika pasar tidak mendapatkan perhatian terkait penerapan protokol kesehatan, hal itu menurutnya akan semakin gawat.
“Sekarang menghadapi new normal, asumsinya kita bisa menjalani aktivitas itu. Kalau di fase new normal ini penerapan protokolnya tidak disosialisasi, gelombang kedua ini bukan hanya menerpa kesehatan tapi juga ekonomi yang sudah ngap-ngapan,” pungkas Ferry. (Edy Pramana/Saifan Zaking/jawapos)
Tulis Komentar