BNPB: Jika Lockdown, Maka Pemerintah Diwajibkan Menanggung Semuanya

Senin, 06 April 2020

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo?. (Foto: Hendra Eka/Jawa Pos)

JAKARTA – Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo‎, mengatakan pemerintah akan kewalahan jika sampai memutuskan lockdown atau karantina wilayah di tengah pandemi wabah virus Korona.

Doni mengungkapkan, kewalahan yang akan dihadapi tim-nya adalah untuk mendistribusikan anggaran-anggaran ke daerah-daerah yang melakukan lockdown atau karantina.

“Bayangkan kalau kemarin Bapak Presiden memutuskan untuk lockdown atau karantina wilayah. Mungkin hari ini BNPB akan kewalahan mendistribusikan anggaran dana sekian ratus juta penduduk Indonesia,” ujar Doni dalam rapat kerja dengan Komisi VIII DPR, Senin (6/4).

Menurut Doni, karena jika sampai lockdown, maka pemerintah diwajibkan untuk menanggung semuanya. Seperti pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

“Karena kewajiban pemerintah pusat untuk membiayai kebutuhan dasar masyarakat,” katanya.

Doni juga menuturkan, bisa dibayangkan bagaimana nasib orang miskin seperti buruh kasar yang harus kerja harian. Mereka akan tidak punya penghasilan sama sekali jika lockdown diberlakukan. Sehingga ini menjadi tanggungan dari pemerintah.

“Kalau lockdown atau karantina wilayah diberlakukan, maka‎ bagaimana mereka bisa bergerak. Jadi kebijakan yang dibuat di satu sisi. Pasti ada satu sisi lain yang kurang bagus,” katanya.

Oleh sebab itu saat ini yang terbaik dilakukan oleh masyarakat adalah melakukan ‎social dan physical distancing‎. Hal itu dilakukan untuk memutus rantai penyebaran virus Korona di Indonesia ini.

‎”Saya yakin kita bisa menghadapi Covid-19 ini jauh lebih baik dibandingkan nengara-negara lain,” tuturnya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi akhirnya blak-blakan soal alasan tak memutuskan lockdown sebagai upaya mencegah penyebaran virus Korona karena akan mengganggu perekonomian di Indonesia. Sehingga pemerintah tidak memutuskan opsi tersebut.

“Lockdown itu apa sih? Orang enggak boleh keluar rumah, transportasi harus semua berhenti, baik itu bus, kendaraan pribadi, sepeda mobil, kereta api, pesawat berhenti semuanya. Kegiatan-kegiatan kantor semua dihentikan. Kan kita tidak mengambil jalan yang itu,” kata Jokowi.

“Kita ingin tetap aktivitas ekonomi ada, tapi masyarakat kita semua harus jaga jarak aman, social distancing, physical distancing itu yang paling penting,” sambungnya.

Oleh karena itu, Jokowi lebih memilih menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Dengan skema PSBB ini, aktivitas perekonomian tetap berjalan, tetapi tetap ada sejumlah pembatasan demi mencegah penyebaran Covid-19.

Misalnya penerapan bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah di daerah yang rawan. Masyarakat yang terpaksa keluar rumah juga diingatkan untuk disiplin menjaga jarak satu sama lain. Selain itu, masyarakat juga diingatkan untuk selalu menjaga kebersihan.

Tertular Karena Menyentuh Wajah

Doni juga meminta para ketua RT dan RW di daerahnya masing-masing menyediakan tempat cuci tangan. Hal itu dinilai efektif untuk mencegah penyebaran Korona.

Pentingnya menjaga kebersihan tangan itu, kata Doni, karena berdasar data yang ia dapat, 70-90 persen orang tertular virus Korona karena tangannya menyentuh daerah-daerah di bagian wajahnya.

“Katakanlah di rumah ibadah, orang menyentuh bekas orang yang positif, tapi ia sendiri tidak tahu. Kemudian tangannya memegang mata hidung dan mulut‎,” ujarnya.

Oleh sebab itu, orang yang tidak sengaja tertular itu apabila imunitasnya rendah, maka akan mudah tertular. Sehingga ini yang ditakutkan banyak pihak. Karena jika tertular pada manusia usia lanjut ini yang akan sangat bahaya.

“Jadi kalau imunitasnya rendah pasti terpapar. Sehingga jika sudah usia lanjut maka ini sangat berbahaya. Bisa menimbulkan kematian,” katanya.

Oleh karena itu, lanjutnya, anak muda yang imunitasnya tinggi bisa saja menyimpan virus itu dalam tubuhnya, dan itu potensi penularannya ke orang tua sangat besar. Bahkan, menurut Doni dia menyebut anak muda adalah pembunuh potensial dalam virus Korona ini.

“Jadi tanpa dirasa anak muda yang tidak diketahui kesehatannya. Sebenarnya mohon maaf bisa menjadi pembunuh potenisial, atau pembawa maut,” ungkapnya.

Selain itu, Doni memaparkan bahwa 30 persen orang yang positif Korona karena tertular lewat batuk dan flu dari si penderita ‎korona.

“30 persen terpapar karena batuk dan bersin dari penderita (positif), sehingga harus jaga jarak dimanapun berada, gunakan masker, termasuk dirumah,” imbuhnya.

Oleh karena itu, Doni mengajak semua pihak untuk disiplin dalam hidupnya. Seperti melakukan ‎social dan physical distancing‎. Hal itu dilakukan untuk memutus rantai penyebaran virus Korona di Indonesia ini.

“Inilah pentingnya selalu menjaga jarak bukan hanya di tempat umum. Tetapi di rumah juga,” pungkasnya. (Dimas Ryandi/Gunawan Wibisono/jawapos)