Dolar is the king, rupiah bakal lanjut tertekan di kuartal II-2020

Jumat, 03 April 2020

Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. (Foto: antara)

JAKARTA - Memburuknya data ekonomi Amerika Serikat (AS) tampaknya belum cukup kuat membuat dolar AS tersungkur. Bahkan, mata uang greenback ini justru semakin banyak peminatnya di tengah meningkatnya sentimen persebaran virus corona atau Covid-19 baik di global maupun Tanah Air.

Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengungkapkan, berbagai stimulus dari pemerintah tampak belum berhasil membuat mata uang Garuda kembali perkasa. Kondisi tersebut disertai dengan tingginya sentimen global yang terus menekan pergerakan rupiah. 

"Prospek rupiah di kuartal II-2020 cukup berat, karena saat ini dana asing keluar cukup besar akibat wabah Covid-19 dan ini menjadi sentimen negatif buat Indonesia," jelas Faisyal kepada Kontan.co.id, Jumat (3/4). 

Bahkan, rupiah berpotensi terpukul jelang Ramadan seiring dengan daya beli yang turun dan produksi perusahaan yang lesu dampak dari wabah corona. Dengan begitu, kebijakan untuk menunda pembayaran dividen dinilai Faisyal tak akan cukup untuk menahan tekanan pada rupiah.

"Bagaimana mau bagi dividen, saham-saham saja tengah hancur-hancuran, jadi kalau bagi dividen enggak akan bagus juga," ujarnya. 

Faisyal mengatakan, kunci untuk menjaga imun rupiah salah satunya dengan mendorong daya beli masyarakat, agar ekonomi bisa tumbuh secara gradual. Adapun langkah yang bisa dilakukan pemerintah dengan kembali memberikan insentif seperti pengurangan pajak penghasilan (PPh) lagi dan dispensasi iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS).

Mengutip data Bloomberg secara year to date (ytd) hingga 31 Maret 2020, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tercatat melemah 17,62% ke level Rp 16.310 per dolar AS. Sementara itu, pada perdagangan akhir pekan ini Jumat (3/4) rupiah tercatat menguat sebanyak 0,40% ke level Rp 16.430 per dolar AS.

Ruang untuk rupiah melemah lebih dalam di kuartal II-2020 dinilai Faisyal masih terbuka, dengan rentang pergerakan di kisaran Rp 16.000 per dolar AS hingga Rp 17.000 per dolar AS. Penguatan yang terjadi akhir pekan ini dinilai hanya sementara, karena meredanya ketegangan antara Arab Saudi dengan Rusia terkait perang harga minyak global. 

Pekan depan, rupiah diperkirakan bergerak di rentang Rp 15.800 hingga Rp 16.800 per dolar AS, dengan sentimen global masih mendominasi pergerakan mata uang Garuda. 

"Dollar AS is the king sekarang, bahkan emas sudah kalah pamor. Sehingga bukan tidak mungkin rupiah akan kembali tertekan pekan depan," tandasnya. 

Ditambah lagi, kepercayaan pasar terhadap upaya pemerintah dalam menangani sebaran virus corona di Tanah Air dinilai kurang baik. Alhasil, banyak stimulus yang digelontorkan pemerintah belum cukup untuk mengembalikan kepercayaan dalam waktu singkat. (kontan)