Faisal Basri Jelaskan Dampak Positif Lockdown untuk Ekonomi RI

Jumat, 27 Maret 2020

Faisal Basri. (Foto: TEMPO/Jati Mahatmaji)

JAKARTA - Ekonom senior Faisal Basri mengatakan pemulihan ekonomi bisa cepat dilakukan apabila pemerintah memberlakukan kebijakan karantina wilayah alias lockdown dilakukan dalam menghadapi Virus Corona. "Kalau segera dilakukan pembatasan, memang kita akan menghadapi kemerosotan ekonomi bahkan resesi, tapi percayalah reboundnya akan lebih cepat," ujar dia dalam siaran langsung, Jumat, 27 Mei 2020.

Faisal tak memungkiri pertumbuhan ekonomi Tanah Air bisa sangat tergerus apabila kebijakan karantina wilayah dilakukan. Sebab, dengan kebijakan itu aktivitas ekonomi diperkirakan juga berhenti, sehingga memberi dampak kejut pada pasokan dan permintaan. Namun, ia mengatakan itu akan lebih baik ketimbang kondisi saat ini.

"Sekarang kan tidak pasti, sehingga ketika negara lain sudah rebound, mungkin kita masih lama, lebih baik sakit jangka pendek tapi ceria untuk jangka menengah panjang," ujar Faisal. Dengan adanya lockdown dalam waktu tertentu, pemerintah bisa membatasi penyebaran dan bisa memperkirakan pergerakan ekonomi Tanah Air. "Sekarang kan kita ikut timelinenya virus, tidak bisa buat timeline sendiri."

Menurut Faisal, bila melihat kondisi Indonesia, tidak ada pilihan lain selain melakukan lockdown, khususnya di Jakarta. Saat ini Presiden Jokowi memilih tidak mengambil kebijakan itu dan mengatakan akan mengikuti Korea Selatan yang menggencarkan uji cepat deteksi virus. Namun, Faisal mengingatkan kondisi di Korea Selatan berbeda lantaran mereka memiliki kapasitas untuk memantau arus keluar masuk dan pergerakan manusia.

Untuk saat ini, langkah taktis yang bisa dilakukan dalah mengkarantina DKI Jakarta sebagai episentrum virus. Sehingga, penyebarang bisa diredam agar tak meluas. Faisal melihat Indonesia memiliki keuntungan dengan bentuk geografis berbentuk kepulauan. "Jaga dulu Jawa agar tak merembet ke wilayah lain," ujar dia.

Kalau tidak dibatasi, ia memperkirakan seluruh provini di Indonesia akan disinggahi virus pada pekan ini. Adapun data kemarin sudah 27 provinsi yang mengalami kasus Corona dari total 34 provinsi. "Jadi mau rapid test silakan, tapi akan sia-sia kalau tidak diisolasi agar lebih efektif, sekarang kurva sedang naik padahal harapannya bisa selandai mungkin."

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengungkapkan alasan mengapa ia tidak memilih karantina wilayah alias lockdown seperti negara-negara lain untuk mengatasi penyebaran virus corona atau COVID-19. 

"Kemudian kenapa ada yang bertanya kenapa kebijakan lockdown tidak kita lakukan, perlu saya sampaikan setiap negara memiliki karakter, budaya, kedisplinan yang berbeda-beda, oleh itu kita tidak memilih jalan itu," kata dia, di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa.

Jokowi mengatakan itu dalam rapat terbatas dengan tema "Pengarahan Presiden kepada Para Gubernur Menghadapi Pandemik Covid-19" melalui konferensi video bersama dengan Wakil Presiden, Ma'ruf Amin, para menteri Kabinet Indonesia Maju dan 34 gubernur se-Indonesia. Inilah rapat konferensi video pemerintah pusat dengan semua kepala daerah se-Indonesia secara lengkap untuk mengentaskan wabah Covid-19. (tempo/antara)