Wabah Covid-19 Disebut Telah Ubah Pola Investasi Properti di Asia

Kamis, 19 Maret 2020

Petugas menawarkan properti pada pengunjung dalam acara Indonesia Property Expo (IPEX) 2019 di JCC, Senayan, Jakarta, 16 November 2019. (Foto:TEMPO/Fajar Januarta)

JAKARTA Konsultan properti Colliers International menyatakan penyebaran virus corona yang telah terdeteksi di banyak negara di Asia, bakal mempengaruhi pola investasi properti di kawasan tersebut.

"COVID-19 akan menghantam pertumbuhan PDB di seluruh Asia pada paruh awal 2020, dan hasilnya bakal bisa menghambat tingkat penjualan investasi properti," kata Direktur Eksekutif Riset Colliers International Asia, Andrew Haskins, dalam siaran pers di Jakarta, Kamis 5 Maret 2020.

Andrew memprediksi, jika wabah virus corona itu memuncak pada semester I 2020 dan pulih di akhir 2020, maka saat inilah momentum yang tepat untuk berinvestasi properti di Asia. Ia mengemukakan, kesempatan besar untuk berinvestasi terdapat antara lain di properti perkantoran dan kawasan industri di Asia dan Australia.

"Tekanan ekonomi yang diciptakan oleh COVID-19, termasuk dengan banyaknya ajang yang dibatalkan, larangan bepergian dan kondisi yang memaksa untuk bekerja di rumah, dapat menyebabkan berkurangnya aktivitas penyewaan ruang perkantoran," Andrew menambahkan. Wabah ini dinilai dapat pula menciptakan kesempatan bagi pihak penyewa untuk menegosiasikan perjanjian penyewaan yang lebih menguntungkan. 

Sebelumnya, Anggota Komisi VI DPR RI Nevi Zuairina menginginkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dapat betul-betul mengantisipasi dampak penyebaran COVID-19 yang berpotensi mempengaruhi masuknya investasi global ke Nusantara. "Semoga BKPM mampu mengatasi dan mampu mengantisipasi penurunan realisasi investasi global ke Indonesia akibat adanya penyebaran wabah virus corona di seluruh dunia," kata dia.

Penyebaran virus corona ini merupakan tantangan besar BKPM, baik dalam jangka waktu dekat maupun menengah akibat faktor luar negeri. Ia berpendapat bahwa ada ganjalan besar dalam waktu dekat ini pada iklim investasi yang dipengaruhi pihak luar yang bersumber dari wabah virus corona tersebut.

"Sebagai gambaran umum secara global, bahwa tantangan BKPM terhadap serapan tenaga kerja pada tahun lalu mencapai 1.033.835 orang tenaga kerja. Capaian ini berasal dari PMDN maupun PMA. Sektor yang menjadi primadona antara lain adalah listrik, gas, dan air dengan nilai investasi sebesar 1.350,5 juta dolar AS," ucap Nevi.(ANTARA)