Rumahsakit di Indonesia Waswas Kekurangan Peralatan Untuk Corona

Rabu, 11 Maret 2020

JAKARTA - Rasa waswas mengenai penularan virus korona COVID-19

semakin meningkat di Indonesia, sementara beberapa rumahsakit di

negara itu mengaku tidak mempunyai cukup peralatan perubatan

sekiranya terjadi penyebaran virus tersebut.

Rumahsakit Dr Zubir Mahmud di Aceh adalah di antara rumahsakit

yang mengalami masalah tersebut.

Pejabat Kesehatan Masyarakat Wilayah di rumahsakit itu, Dr Edi

Gunawan, memberitahukan situs berita CNA mengenai stok masker

operasi yang semakin berkurangan.

"Kami sudah meminta tetapi mereka tidak berupaya menambah

cadangan karena juga tidak memiliki stok," katanya kepada CNA.

Selain masker operasi, stok masker N95 yang tersedia di situ

juga semakin menyusut.

Ia juga mengatakan tidak mempunyai pakaian pelindung dan kalis

pencemaran, kacamata keselamatan dan pengukur suhu badan, tambah

Dr Gunawan.

Sampai Senin (9 Maret), jumlah kasus positif COVID-19 di seluruh

Indonesia sudah mencapai 19, naik sebanyak 13 kasus dalam

sehari.

Pemerintah Indonesia menetapkan 130 rumahsakit sebagai pusat

rujukan guna mengendalikan kes COVID-19.

Di Aceh yang mempunyai sekitar 5.2 juta penduduk, hanya dua

rumahsakit yang diperuntukkan sebagai pusat rujukan dan rawatan

COVID-19.

Rumahsakit Dr Zubir Mahmud bukan di antara dua rumahsakit

rujukan dalam daftar itu, namun Dr Gunawan berkata pemerintah

tidak harus mengabaikan rumahsakit yang lain.

"Rumahsakit yang lain juga tidak dibenarkan menolak pesakit.

Jika petugas tidak mempunyai cukup peralatan perlindungan untuk

menangani kasus yang disyaki, mereka juga akan takut dan jadi

cemas,"ujarnya.

Sementara itu, rumahsakit yang diberi status 'Rumahsakit

Rujukan' juga menyatakan mereka memerlukan lebih banyak bekalan

peralatan.


Rumahsakit Gunung Jati di Cirebon, Jawa Barat dipilih karena

mempunyai pengalaman merawat penyakit menular seperti flu burung

dan Mers-CoV serta SARS sejak 2007.

Pemimpinnya, Dr Ismail Jamalludin, berkata rumahsakit itu sudah

kehabisan kaca mata perlindungan dan hanya ada enam dipan untuk

merawat pesakit di ruang isolasi.

Gambaran yang sama diberi Dr Didi Candradikusuma, ketua penyakit

menular Rumahsakit Dr Saiful Anwar di kota Malang, Jawa Timur.

Menurutnya rumahsakit itu kekurangan pakaian pelindung.

“Peralatan biasa seperti sarung tangan dan masker sekadar cukup

untuk kegunaan buat jangka masa empat bulan,” katanya kepada

CNA.

Kedua dokter itu menambahkan, situasi tersebut mendapat

perhatian pihak Kementerian Kesehatan di Jakarta yang akan

mengirimkan bekalan secukupnya.

Dr Candradikusu menambah bagi memudahkan komunikasi, pegawai

dari Kementerian mewujudkan rangkaian perhubungan melalui

aplikasi WhatsApp.

Dalam pada itu, keadaannya lebih baik di beberapa rumahsakit di

kawasan lebih maju seperti Rumahsakit Umum Sanglah Sentral di

Denpasar, Bali, yang banyak pelancong. Jurucakapnya Dewa Ketut

Kresna berkata Sanglah Sentral yakin dapat menangani kasus

COVID-19.

"Kami mempunyai stok masker, baju pelindung, kacamata dan sarung

tangan yang mencukupi," katanya.

Kemampuan rangkaian hospital Indonesia menangani isu COVID-19

menjadi perhatian ketua Sekretariat Persatuan Rumahsakit

Indonesia, Dr Lia Partakusuma.

Menurutnya, tidak semua rangkaian 2.800 rumahsakit di seluruh

Indonesia mempunyai kemampuan yang sama untuk menangani virus

COVID-19.

Keutamaan pemerintah tambah beliau adalah terhadap 132 hospital

rujukan. (mediacorp singapura)