Rektor UI Ungkap Solusi agar Tol Trans-Sumatera Tak Matikan Usaha Lokal

Jumat, 10 September 2021

Rektor UI Ari Kuncoro(Hutama Karya Academy)

JAKARTA, PROPERTYBISNIS - Salah satu dampak yang sering kali terjadi dari adanya pembangunan jalan tol adalah matinya usaha masyarakat lokal yang berlokasi di jalan-jalan nasional.

Jalan tol yang dibangun dengan tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat, justru sering menjadi ancaman bagi eksistensi usaha-usaha lokal di sekitarnya.

Hal ini seperti ditekankan Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio dalam pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).

Menanggapi hal itu, Rektor Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro mengatakan salah satu solusi mempertahankan usaha lokal dalam pembangunan JTTS adalah dengan membangun banyak exit toll atau pintu keluar tol.

Keberadaan exit toll menjadi kunci agar kegiatan atau aktivitas masyarakat lokal yang sudah ada sebelumnya tidak hilang begitu saja.

"Di sini sangat tergantung pada exit toll-nya. Jadi exit toll itu mempertahankan kegiatan lokal yang sebelumnya ada itu biar tidak mati," kata Ari dalam diskusi virtual Hutama Karya (HK) Academy, Kamis (09/09/2021).

Dibangunnya exit toll di lokasi yang mengarah pada pusat sentra ekonomi lokal juga sangat penting untuk membuat aktivitas Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tetap berjalan.

"Daerah-daerah itu merasa memiliki tol, jadi mereka bisa hidup dari tol," jelasnya.

Lebih jauh Ari mencontohkan dibuatnya banyak exit toll ini juga dilakukan dalam pembangunan jalan bebas hambatan Interstate 80 Highway sepanjang 4.666 kilometer dan Interstate 90 sepanjang 5.987 kilometer di Amerika Serikat.

Sebelumnya, Jalan Tol Interstate tersebut sempat mematikan usaha-usaha lokal di negara-negara bagian Amerika Serikat.

"Jadi ini kita pelajari pada saat Amerika Serikat itu bangun Jalan Tol Interstate. Itu banyak restoran, motel, hotel yang mati di banyak negara-negara bagian. Nah sebagai solusinya dibuatlah exit toll," tutur dia.

Peristiwa serupa juga pernah terjadi di Indonesia misalnya di Jalan Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang).

Jalan tol tersebut sempat mematikan banyak warung makan terutama yang ada di daerah Sadang dan Purwakarta.

Hanya, setelah dilakukan berbagai perbaikan, jalan tol itu akhirnya dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat.

"Kita juga punya pengalaman misalnya di Jalan Tol Cipularang itu rumah makan yang ada di Sadang itu dari Sadang ke Purwakarta itu banyak rumah makan yang mati," ujar dia.

"Jadi strategi seperti itu perlu dipikirkan supaya pembangunannya lebih inklusif," tuntas Ari. (kompas.com/wan)