Bisnis Properti Diramal 'Boom', Sahamnya Oke atau Nyungsep?

Sabtu, 21 Agustus 2021

(ZFoto: cnbc indonesia

JAKARTA, PROPERTYBISNIS- Kinerja saham-saham emiten properti besar cenderung kurang menggembirakan sepanjang tahun ini, setelah dihantam oleh dampak pandemi Covid-19 sejak Maret 2020.

Namun, masih terdapat sejumlah katalis positif bagi para pengembang properti pada tahun ini yang bisa mengangkat performa saham-saham perusahaan, mulai dari tren kenaikan harga properti residensial secara global hingga insentif pajak untuk sektor properti dari pemerintah.

Di bawah ini Tim Riset CNBC Indonesia akan menjelaskan secara singkat mengenai kinerja saham properti dan sentimen positif yang bisa membantu mengerek harga saham-saham tersebut.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI) di atas, 8 saham emiten yang diamati kompak anjlok secara ytd (year to date), berdasarkan harga per 19 Agustus 2021.

Saham emiten Grup Lippo, LPKR menjadi yang paling ambles baik selama sebulan terakhir atau ytd, dengan masing-masing turun 9,86% dan 40,19%.

Saham APLN juga mengalami diskon yang cukup besar sejak awal tahun, setelah minus 34,57%. Sementara, ada 4 saham yang berhasil naik dalam sebulan belakangan, yakni SMRA, POLL, PWON, dan APLN.

Saham POLL menjadi yang paling melejit dalam sebulan, yakni sebesar 25,72%, diikuti oleh PWON 6,93%.

Dari 8 emiten di atas, baru 3 emiten yang sudah menerbitkan laporan semester-I 2021, yakni emiten Grup Ciputra CTRA, Grup Sinar Mas BSDE, dan LPKR. Secara umum, ketiga emiten ini mengalami perbaikan kinerja keuangan pada paruh pertama tahun ini.

CTRA, misalnya, mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 186% menjadi 483,47 miliar pada semester pertama tahun ini dari periode yang sama di tahun sebelumnya senilai Rp 169,5 miliar.

Melesatnya laba tersebut terutama disebabkan oleh naiknya pendapatan usaha CTRA senilai 44% menjadi 4,02 triliun dari tahun sebelumnya Rp 2,80 triliun.

Sementara, BSDE membukukan perolehan laba bersih sebesar Rp 680 miliar pada semester pertama tahun ini, berkebalikan dari periode yang sama di tahun sebelumnya yang merugi Rp 192,68 miliar.

Sampai dengan 30 Juni 2021, BSDE mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 39% menjadi senilai Rp 3,25 triliun dari sebelumnya Rp2,33 triliun.

Kemudian, LPKR masih mencatatkan rugi bersih Rp 263,04 miliar di semester I-2021. Namun angka ini membaik atau mampu dipangkas 79% dari periode yang sama tahun lalu yang masih rugi hingga Rp 1,25 triliun.

Sejurus dengan terpangkasnya rugi bersih, pendapatan induk usaha PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) ini naik 36% menjadi Rp 7,23 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 5,33 triliun. (cnbcindonesia/wan)