Konsumen Pencari Properti untuk Investasi Mendominasi Pasar

Jumat, 13 Agustus 2021

(Foto: kompas.com)

JAKARTA, PROPERTYBISNIS - Tahun kedua berlangsungnya pandemi Covid-19 serta sejumlah pembatasan yang diberlakukan pemerintah, telah mengubah preferensi dan tujuan pencari properti.

Survei konsumen yang dilakukan 99 Group menunjukkan adanya perubahan profil pencari properti. Sebanyak 34.5 persen di antaranya memiliki tujuan untuk investasi.

Mereka adalah kelompok paling dominan dari survei tersebut. Sementara kelompok pencari properti yang hanya aktif melihat kondisi pasar berada di urutan kedua dengan angka 27 persen.

 Sedangkan pencari properti yang aktif melihat kondisi pasar dan memiliki intensi untuk membeli sebanyak 14,5 persen.

Menurut Deputy CEO 99 Group Indonesia Wasudewan, fenomena ini membuktikan bahwa masyarakat mulai menyadari potensi investasi yang ditawarkan sektor properti.

"Lokasi yang bagus untuk investasi properti tentu saja strategis, mudah diakses dari berbagai arah dan dekat dengan transportasi publik," ujar Wasudewan, dalam konferensi virtual, Kamis (11/8/2021).

Lebih baik lagi, kata CEO Leads Property Indonesia Hendra Hartono, properti tersebut dirancang dengan konsep Transit Oriented Development (TOD).

"Terintegrasi dengan transportasi publik adalah preferensi yang akan tumbuh pesat ke depan. Orang akan mencari properti seperti ini, selain menghemat waktu juga pengeluaran para profesional muda dan milenial yang jadi sasaran investor properti," imbuh Hendra.

Lokasi yang dibidik adalah Puri Indah, Kedoya, Kebon Jeruk, Kemanggisan, Cipete, Fatmawati, TB Simatupang, Cakung, Pasar Minggu, Lenteng Agung, Ciracas, dan Cipayung.

Hendra menuturkan, properti untuk investasi yang paling banyak dicari adalah kelas menengah ke bawah atau middle low yang dibanderol dengan harga Rp 300 juta hingga Rp 1,5 miliar.

"Pasar ini paling gemuk dan banyak peminatnya," cetus Hendra.

Dia menyarankan konsumen yang ingin berinvestasi properti untuk membeli saat pasar dalam kondisi buyer's market

Pembeli memiliki banyak pilihan dan penawaran properti dari pengembang dengan harga jual kompetitif dan promosi menarik berupa diskon harga maupun cuti bayar uang muka, hingga cicilan.

Namun demikian, Hendra mengingatkan untuk tidak membeli properti yang sudah jadi, terlebih apartemen, sebagai instrumen investasi.

"Belilah properti yang baru akan dibangun, karena harga masih rendah. Dan ketika properti ini terbangun, harga akan terus melambung," kata Hendra.

Selain itu, dia menekankan, pentingnya reputasi dan bonafiditas pengembang yang menawarkan properti untuk investasi.

Delivery tepat waktu, pekerjaan berkualitas, serta layanan purna jual akan dipenuhi pengembang dengan reputasi bagus.

"Biasanya properti yang mereka tawarkan terus meningkat nilainya," tuntas Hendra. (kompas.com/wan)