Sempat Dibanting, Harga Emas Mulai Menguat tapi Tipis

Rabu, 11 Agustus 2021

(Foto: reuters)

JAKARTA, PROPERTYBISNIS - Harga emas terpantau menguat pada perdagangan Rabu (11/8/2021) waktu Asia, karena kekhawatiran atas lonjakan kasus virus corona (Covid-19) varian Delta melebihi tekanan dari dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah AS, dengan investor menunggu data inflasi AS yang akan dirilis hari ini.

Melansir data Refinitiv pada pukul 12:40 hari ini, harga emas dunia di pasar spot tercatat US$ 1.732,3/troy ons. Menguat 0,21% dibandingkan pada perdagangan kemarin di level US$ 1.728,71/troy ons.

"Kekhawatiran Covid-19 varian Delta yang membuat investor kembali melirik beberapa aset safe haven, seperti emas di sesi Asia, tetapi emas masih berjuang untuk pulih dari flash crash pada Senin lalu," kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management, dikutip dari Reuters.

"Dengan adanya kabar dari Federal Reserve yang mulai mengambil sikap hawkish, ditambah dengan data non-farm payrolls AS yang kuat, pasar sedikit gugup untuk mengambilnya (emas)

Sentimen risiko di pasar keuangan global mulai bertambah karena kasus Covid-19 di beberapa negara Asia terus melonjak, mengancam prospek ekonomi dan mendorong beberapa investor kembali memburu aset safe haven.

Tetapi, indeks dolar bertahan di sekitar level tertingginya pada tiga pekan terakhir, sementara imbal hasil (yield) Treasury AS mencapai level tertingginya sejak pertengahan Juli lalu.

Investor kini berfokus pada rilis data konsumsi pribadi bulanan AS yang akan dirilis pada siang hari ini waktu AS, di mana data ini juga dapat memengaruhi sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk mengurangi moneter longgarnya.

Presiden The Fed Chicago, Charles Evans pada Selasa kemarin mengatakan bahwa lonjakan inflasi saat ini seharusnya tidak mendorong The Fed untuk mengetatkan kebijakan moneter sebelum waktunya.

Indikasi dalam beberapa hari terakhir dari pasar tenaga kerja yang membaik telah menimbulkan kekhawatiran kenaikan suku bunga bank sentral AS yang lebih cepat dari perkiraan, membuat harga emas ke level terendahnya selama empat bulan terakhir pada Senin (9/8/2021) lalu.

"Ketidakmampuan emas untuk merebut kembali level US$ 1.750 menandakan bahwa dari sisi teknikalnya tetap sangat negatif dan tentunya rentan terhadap aksi jual lebih lanjut," kata Jeffrey Halley, seorang analis pasar senior Asia Pasifik di OANDA, dilansir dari Reuters. (cnbcindonesia/wan)