Kajian Proyek Rumah Indonesia di Mekkah Tuntas dalam Dua Bulan

Ahad, 08 Agustus 2021

(Foto: kompas.com)

JAKARTA, PROPERTYBISNIS- PT PP (Persero) Tbk bersama Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk pembangunan dan kepemilikan fasilitas hunian di Mekkah, Arab Saudi.

Fasilitas penginapan tersebut nantinya akan ditempati oleh jemaah haji dan umrah asal Indonesia melalui "Proyek Rumah Indonesia di Mekkah".

Penandatanganan MoU dilakukan antara Direktur Utama PP Novel Arsyad dan Anggota Badan Pelaksana Bidang Investasi dan Kerja Sama Luar Negeri Hurriyah El Islamy.

Namun pasca penandatanganan MoU tersebut, rencana ini akan dikaji lebih dalam lagi oleh PT PP (Persero) Tbk.

Hal tersebut disampaikan Corporate Secretary PP Yuyus Juarsa saat dihubungi Kompas.com Jumat (6/8/2021).

“Tentu, kami masih harus melakukan kajian-kajian yang lebih mendalam pasca-MoU. Rencananya akan lebih jelas dalam satu hingga dua bulan mendatang," ujarnya.

Yuyus memastikan proyek pembangunan tersebut akan berupa hunian beserta fasilitas dengan pengalaman seperti di rumah.

Konsep proyek tersebut berupa kawasan terintegrasi yang dekat dengan Masjidil Haram dan bagian dari proyek pengembangan prestisius kawasan Masar.

Kawasan ini terletak di sebelah barat Masjidil Haram atau berjarak sekitar 1,5 kilometer dari lokasi proyek tersebut.

"Rumah Indonesia di Mekkah" diusulkan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan tujuan utama untuk mengembangkan super-hub di Mekkah dalam kegiatan haji serta umroh.

Selain itu, demi menciptakan rumah bagi masyarakat Indonesia di Mekkah yang juga akan berfungsi sebagai ekosistem bagi pengusaha tanah air.

BPKH akan bertindak sebagai investor dan PP sebagai pengembang sekaligus kontraktor yang melaksanakan pembangunan.

Sementara, pengelola proyek Rumah Indonesia di Mekkah akan dibentuk oleh perseroan.

Menurut Yuyus, rencana pembangunan proyek "Rumah Indonesia di Mekkah" dimulai pada akhir tahun 2021.

Pada pengembangan tahap awal, terdapat kombinasi antara penjualan apartemen strata dan sewa.

Rencananya, akan dikembangkan dua tower dengan ketinggian masing-masing 22 hingga 32 lantai.

Konfigurasi ukuran kamar didesain beragam, mulai dari ukuran 30 meter persegi hingga 142 meter persegi.

Proses pembangunan proyek ini dilakukan secara bertahap atau selama empat tahun dan ditargetkan beroperasi tahun 2024 mendatang.

Untuk besaran nilai investasi dan tarif yang dipatok untuk menginap di fasilitas tersebut, Yuyus mengaku masih dalam tahap kajian.

"Tentu tarifnya akan kurang lebih disesuaikan dengan market price (harga pasar) yang ada disana dan sesuai dengan kajian bisnisnya nanti," pungkasnya. (kompas.com/wan)