Ruangan Khusus Bantu Anak Lebih Fokus Belajar

Ahad, 01 Agustus 2021

Marcella membatik bersama Kana dan Magali. (MARCELLA ZALIANTY FOR JAWA POS)

JAKARTA, PROPERTYBISNIS – Persebaran virus SARS-CoV-2 terkendali, proses belajar-mengajar kembali ke sekolah. Itu pula yang menjadi harapan Marcella Zalianty. Belajar di sekolah jelas tidak sama dengan belajar di rumah. Orang tua, sebagaimana anak, rawan kelelahan dalam proses PJJ alias sekolah dari rumah.

Sekolah adalah tempat belajar yang ideal. Lebih ideal daripada rumah. Ruang-ruang kelas membantu siswa fokus pada pelajaran. Apalagi, di sekolah, aktivitas utama memang belajar-mengajar. Semua orang di sekolah pun punya semangat yang sama. Yakni, belajar.

Maka, saat aktivitas itu diboyong ke rumah pada masa pandemi, banyak hal yang perlu disesuaikan. Yang paling penting, menurut Marcella, adalah menyediakan ruangan khusus untuk belajar. ”Nggak kebayang misal rumahnya kecil. Cuma dua kamar. Terus gimana?” ujarnya kepada Jawa Pos pada Rabu (28/7).

Marcella bersyukur ada cukup ruangan di rumahnya yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat belajar bagi dua buah hatinya. Sudah seperti itu pun, Kana dan Magali masih sering terganggu saat belajar. Itu belum termasuk gangguan dari gawai. Yakni, aplikasi permainan atau medsos.

PJJ mau tidak mau menciptakan generasi siswa yang akrab dengan gawai. Sebab, komunikasi dengan guru kelas dan teman-teman sekolah berlangsung via gawai. Termasuk pengumpulan dan instruksi tugas-tugas. Aktivitas itu rawan berbenturan dengan aktivitas bersenang-senang yang juga terpusat pada gawai.

Tentang kebiasaan beraktivitas dengan gawai itu, Marcella berkomunikasi intensif dengan pihak sekolah. Sejauh ini, respons guru dan sekolah Kana dan Magali sangat baik. Sekolah terbuka terhadap semua masukan dari orang tua murid. Kedua pihak pun saling mendukung dan bekerja sama merumuskan kebijakan yang paling tepat untuk mendukung belajar anak-anak.

”Grup orang tua sangat aktif,” ujar Marcella. Dia menambahkan, orang tua tidak sungkan menyampaikan komplain atau menerima teguran dari sekolah. Ada pula ketua grup orang tua murid yang menjadi juru bicara saat berkomunikasi dengan sekolah. Selain itu, interaksi tekstual bisa disampaikan melalui surat elektronik (surel).

”Alhamdulillah, sinerginya bagus,” ungkap istri Ananda Mikola tersebut.

Marcella bersyukur tinggal di area yang sambungan internetnya stabil. Dia dan Ananda juga bisa menyediakan internet untuk dua anak lelaki mereka. Tapi, dia ingat banyak orang tua yang tidak bisa memfasilitasi anak-anak mereka dengan kuota. Maka, dia mendesak pemerintah bisa kembali mengalirkan subsidi kuota untuk anak-anak sekolah. Terutama mereka yang orang tuanya kehilangan pekerjaan akibat pandemi. (jawapos.com/wan)