BPPT Kenalkan Rumah Tahan Gempa Seharga Rp 70 Juta

Sabtu, 19 Juni 2021

TANGERANG, PROPERTYBISNIS – Berada di jalur cincin api (ring of fire) membuat Indonesia jadi negara langganan gempa bumi. Sepanjang 2020, tercatat ada 8.020 gempa dan 754 di antaranya terasa guncangannya. Selain korban jiwa, sebanyak 1.926 rumah juga dilaporkan rusak.

Dari kondisi tersebut, diperlukan upaya mitigasi. Salah satunya menyediakan hunian tahan gempa. Misalnya, yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan menghadirkan inovasi Rumah Komposit Tahan Gempa (RKTG). Untuk mengenalkan ke publik, BPPT menghibahkan satu unit RKTG ke Pemkot Tangerang Selatan kemarin (16/6).

Rumah tersebut berukuran 6 x 6 meter atau tipe 36. Terdiri atas ruang tamu, dua tempat tidur, kamar mandi, dan dapur. Rumah mungil itu tahan gempa karena tersusun dari panel atau papan dengan material komposit polimer. Bahan tersebut dipilih karena sifatnya ringan dan kuat. Papan itu dibuat sedemikian rupa sehingga tinggal dipasang (knockdown) seperti permainan Lego.

Kepala BPPT Hammam Riza menuturkan, proses pembangunan RKTG cukup singkat, hanya tujuh hari. ’’Yang lama fondasinya,’’ katanya saat proses penyerahan hibah RKTG ke Pemkot Tangerang Selatan kemarin. Dia menjelaskan, bagian fondasi menggunakan teknologi rubber seismic bearing dengan tumpuan karet alam lokal. Tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) lebih dari 90 persen.

Hammam menjelaskan, panel-panel komposit memiliki durabilitas atau daya tahan tinggi. RKTG juga menggunakan genting metal yang ringan. Dengan perpaduan tersebut, rumah itu tahan terhadap guncangan besar. Struktur bangunan tidak akan patah atau roboh seperti rumah konvensional yang tersusun dari tembok bata dan genting tanah liat atau keramik.

BPPT sudah melakukan simulasi internal. Hasilnya, RKTG mampu bertahan dan tidak roboh meski diguncang gempa berkekuatan 7 SR. Keunggulan lainnya, rumah itu tahan terhadap kebakaran.

Hammam berharap ke depan instansi terkait atau pemerintah daerah bisa membangun rumah tahan gempa di daerah masing-masing. Perhitungan awal ongkos pembangunan RKTG itu mencapai Rp 170 juta/unit. Namun, jika dibangun dalam jumlah besar, harga tiap unit bisa ditekan hingga Rp 70 jutaan.

Di sisi lain, kemarin Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan adanya gempa berkekuatan magnitudo 6,1 di wilayah Maluku Tengah. Gempa sekitar pukul 11.43 WIB itu terjadi di koordinat 3,42 derajat lintang selatan dan 129,57 derajat bujur timur. Tepatnya di perbatasan antara laut dan pantai pada jarak 69 km arah tenggara Masohi, Kabupaten Maluku Tengah.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyatakan, pusat gempa berada di kedalaman 19 km. Hasil analisis menunjukkan, gempa tersebut memiliki mekanisme pergerakan sesar turun. ’’Dengan memperhatikan lokasi dan kedalamannya, yang terjadi merupakan gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal,’’ paparnya.

Guncangan gempa itu dirasakan masyarakat di wilayah Tehoru, Masohi, Bula, Kairatu, Saparua, dan Wahai dengan intensitas guncangan 3–4 skala modified Mercalli intensity (MMI). Guncangan gempa dengan intensitas 2–3 MMI juga dirasakan masyarakat Pulau Ambon.

Gempa itu sebenarnya tak berpotensi tsunami bila dilihat dari kekuatan dan lokasinya. Namun, potensi tersebut bisa muncul jika ada longsor bawah laut akibat gempa susulan. Karena itu, hingga pukul 18.25 WIB, warga diminta menjauhi bibir pantai. ’’Rekomendasi kami pada masyarakat, terutama di wilayah sepanjang Pantai Japutih, tetap waspada terhadap gempa susulan dan potensi tsunami,’’ ucapnya.

Hingga siang, lanjut dia, setidaknya terjadi 13 kali gempa susulan di sana. BPBD dan masyarakat telah melaporkan dampak kerusakan di sejumlah rumah tinggal. (jawapos.com/wan)