Rupiah Kembali ke Atas Rp 14.200/US$

Senin, 14 Juni 2021

Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

JAKARTA, PROPERTYBISNIS - Laju penguatan rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) terhambat di awal pekan ini, Senin (14/6/2021). Bank sentral AS (The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter di pekan ini membuat rupiah masuk ke zona merah hingga pertengahan perdagangan.

Melansir data dari Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,01% di Rp 14.190/US$. Tidak sempat mencicipi zona hijau, rupiah kemudian melemah hingga 0,26% ke Rp 14.225/US$ dan tertahan di level tersebut hingga pukul 12:00 WIB.

Di sisa perdagangan hari ini, rupiah berpeluang memangkas pelemahan meski masih sulit untuk berbalik menguat. Hal tersebut terindikasi dari pelemahan rupiah di pasar non-deliverable forward (NDF) yang sedikit lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

The Fed yang akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis dini hari waktu Indonesia tentunya membuat para investor wait and see, sebab isu tapering masih membayangi. Tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE). Saat itu dilakukan, maka aliran modal akan kembali ke AS, dan negara emerging market yang berisiko paling terpukul.

Rupiah sendiri pernah merasakan ganasnya tapering pada tahun 2013 lalu.

Hasil survei dari Reuters terhadap 50 ekonom menunjukkan sebanyak 26% memperkirakan The Fed akan mengumumkan tapering pada bulan Agustus saat pertemuan Jackson Hole. Kemudian 32% memprediksi pengumuman baru akan dilakukan bulan September, dan 42% memperkirakan setelah September.

"Kami memperkirakan akan mendengar petunjuk lebih jelas pada pertemuan Jackson Hole jika The Fed mulai membahas mengenai tapering dan akan semakin berkembang di bulan September saat rapat kebijakan moneter," kata James Knightley, kepala ekonom internasional di ING, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (11/6/2021).

Kemudian, survei yang sama menunjukkan 58% atau 26 dari 45 ekonom memperkirakan tapering akan mulai dilakukan pada kuartal I-2021.

Sementara untuk besarnya, The Fed diperkirakan akan mengurangi QE sebesar US$ 20 miliar dari US$ 120 miliar per bulan.

Meski demikian, bukan tidak mungkin The Fed mengumumkan tapering lebih cepat, atau setidaknya menyatakan sudah mulai membahas tapering. Hal tersebut tentunya memberikan dampak yang cukup signifikan di pasar finansial, sehingga pelaku pasar cenderung berhati-hati. (cnbc indonesia/wan)