CDC: Vaksin Lengkap Dia Dosis Akan Lindungi Seseorang Dari Virus Hingga 90 Persen

Rabu, 09 Juni 2021

Ilustrasi/kompas.com

Propertybisnis.com-Tidak ada yang menjanjikan vaksin 100 persen melindungi tubuh dari Covid-19. Namun, jika sudah divaksin dan terinfeksi corona, gejalanya tidak akan separah orang yang belum divaksin.

Ini adalah klaim yang dinyatakan banyak ahli di seluruh dunia. Kini, hal tersebut dikuatkan dengan studi terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.

Riset yang dilakukan CDC mengamati lebih dari 3.900 pekerja medis di garda depan.

Hasilnya, vaksinasi lengkap (dua dosis) akan melindungi seseorang dari infeksi hingga 90 persen.

Sementara orang yang baru mendapat satu dosis vaksin, memiliki kemungkinan 81 persen lebih kecil untuk terinfeksi dibanding orang yang belum divaksin.

"Ini menambah bukti keefektifan vaksin di dunia nyata," kata CDC Senin dalam sebuah pernyataan seperti dilansir dari CNN, Selasa (8/6/2021).

Sementara studi yang mengamati petugas medis yang sudah divaksin sejak Desember 2020 menunjukkan bahwa sejauh ini ada 5 persen yang positif Covid-19. Data menunjukkan, 16 dari 204 orang yang terinfeksi telah divaksinasi.

"Temuan dari jangka waktu yang diperpanjang dari penelitian ini menambah akumulasi bukti bahwa vaksin mRNA Covid-19 efektif mencegah sebagian besar infeksi. Dan orang yang divaksinasi penuh yang masih terkena Covid-19 cenderung memiliki penyakit yang lebih ringan, lebih pendek, dan tampaknya kecil kemungkinannya untuk menyebarkan virus ke orang lain," kata CDC.

"Manfaat ini adalah alasan penting lainnya untuk melakukan vaksinasi," imbuhnya.

Mereka yang mendapat infeksi setelah disuntik satu atau dua dosis vaksin memiliki 40 persen lebih sedikit virus dalam tubuh mereka dan 58 persen lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami demam.

Selain itu, orang yang terinfeksi setelah divaksin Covid-19 menghabiskan dua hari lebih sedikit di tempat tidur daripada pasien Covid-19 yang tidak divaksinasi.

Temuan itu dilaporkan pekan lalu dalam pracetak di situs layanan kesehatan dan belum ditinjau sejawat atau diterbitkan dalam jurnal medis.(*)