Pabrik Sawit Petani

Selasa, 08 September 2020

Ilustrasi pabrik kelapa sawit. (Foto: sawitplus.co)

WOWWW...Riau ketinggalan dari Kalimantan Selatan. Petani sawit di sana sudah berhasil memiliki pabrik kelapa sawit (PKS) sendiri.
     Tak tanggung-tanggung, pabrik pengolahan tandan buah sawit (TBS) itu dirancang mampu mengolah 45 ton TBS per jam. Bahkan, kapasitasnya bisa ditingkatkan menjadi 90 ton.
     Suatu prestasi yang ruar biasa. Selama ini PKS besar seperti itu hanya dimiliki oleh perusahaan perkebunan milik BUMN maupun perusahaan swasta yang umumnya dimiliki para konglomerat. Karena itu mereka lebih mengutamakan sawit dari kebunnya sendiri ketimbang milik masyarakat.
     Tekad mendirikan pks ini, menurut Syamsul Bahri, Ketua KUD Sawit Makmur, Tanah Laut, Kalimantan Selatan, memang dilatarbelakangi oleh kesulitan petani dalam memasarkan hasil panennya ke pabrik-pabrik di sekitar kebunnya. 
     Pabrik lebih mengutamakan hasil dari kebun inti dan plasma sendiri. Yang menjengkelkan lagi, pada saat musim panen raya, hasil panen petani justru dinomorduakan, sehingga mengakibatkan petani merugi akibat banyak buah yang tidak terjual.
     Seperti yang sering terjadi di Riau dan perkebunan sawit lainnya di tanah air, karena harga anjlok menyebabkan petani terpaksa membiarkan buah sawit berserakan begitu. Buah dibiarkan membusuk sehingga merusak perkembangan buah berikutnya. Ini karena upah buruh untuk memanen lebih besar ketimbangan harga jual buah sawit. 
     Atas pertimbangan inilah, menurut Syamsul, mereka bertekad membuat pks sendiri agar bisa mandiri menentukan harga TBS dan harga jual minyak sawit mentah (CPO).
   Lewat koperasi KUD Sawit Makmur, mereka pun mencari mitra untuk pembangunan pabrik yang membutuhkan investasi sekitar Rp 200 miliar. Tanpa menyebutkan mitra tersebut,  Syamsul mengatakan mereka menyediakan dana sebesar 30 persen, sedangkan sisanya ditanggung mitra.  
     Menurut Syamsul, diperkirakan akhir tahun ini pks tersebut sudah mulai bisa beroperasi. Kehadiran mereka kelak bukan dengan tujuan untuk menyaingi pabrik-pabrik besar yang sudah lebih dulu ada di sana. "Pabrik ini bertujuan menyejahterakan petani di wilayah kami," katanya seperti dikutip dari wartaekonomi.com.
     Langkah maju yang dilakukan petani sawit dari Kalimantan Selatan ini seharusnya bisa ditiru para petani sawit lainnya di tanah air. Sebab, tanpa memiliki PKS mereka akan tetap diombang-ambingkan para pengusaha besar yang memiliki pabrik.
     Ironisnya, para pemilik pabrik itu juga adalah pemilik kebun sawit yang maha luas. Karena itu, dalam persaingan bisnis yang sangat tidak seimbang, mereka bisa saja menjatuhkan harga beli. Atau bahkan tidak membeli buah sawit petani pada saat tertentu.
     Guna mengatasi persaingan bisnis kotor seperti ini, petani sawit melalui wadah koperasi bisa menjajagi kerjasama dengan lembaga pembiayaan dan yang sejenis. Bahkan bisa juga minta bantuan dari pemerintah setempat. Dengan begitu diharapkan petani sawit akan lebih sejahtera. (wan/propertybisnis.com)