Balai Bahasa dan Bahasa di Riau

Kamis, 03 September 2020

BALAI Bahasa Provinsi Riau mengadakan Ujian Kemahiran Bahasa Indonesia selama lima hari sejak akhir Agustus kemarin. Meskipun pesertanya terbatas, tapi yang ikut ujian mencakup semua kalangan. Mulai dari murid SMP, dosen, pedagang, wartawan, tentara, polisi, dan sebagainya. 

   Boleh jadi masih banyak yang beranggapan berbahasa Indonesia itu masalah sepele. Karena sudah tiap hari digunakan dalam pelbagai aktivitas. Kecuali dalam beribadah, mungkin.
   Padahal justru karena merupakan bagian dari kegiatan sehari-sehingga berbahasa layak untuk terus dipelajari. Dalam aktivitas dagang, misalnya, salah berbahasa dapat mendatangkan kerugian yang besar. Begitu pula di bidang hukum, hanya karena salah berbicara bisa bikin orang masuk penjara. 
   Dalam membina rumahtangga pun, ikatan suami istri baru sah setelah dilakukan akad yang disampaikan lewat bahasa. Namun sebaliknya, hanya dengan mengucapkan cerai atau talak saja, maka seorang suami tak halal lagi menggauli isterinya. 
   Mulutmu adalah harimaumu. Ujaran ini sangat tepat untuk menunjukkan bahwa berbahasa itu bukan masalah main-main. Tapi suatu hal penting yang harus terus dipelajari. Ini sejalan perkembangan zaman, sehingga kian memperkaya kosakata, serapan, dialek, dan sebagainya.
   Upaya yang dilakukan Balai Bahasa Provinsi Riau ini memang pantas mendapat acungan jempol. Sebab Bahasa Indonesia, sebagai bahasa pemersatu bangsa Indonesia ini, berasal dari Riau. Dengan begitu, menjadi beban bagi pemerintah maupun segenap masyarakat untuk terus melestarikan Riau sebagai tempat asal-usul Bahasa Indonesia.
   Apalagi, seperti yang terjadi saat ini, selain Kepulauan Riau dan beberapa kawasan di pesisir pantai, para penutur Bahasa Melayu sebagai cikal bakal Bahasa Indonesia, kini sudah semakin sedikit. Di pasar dan tempat pertemuan umum lainnya orang lebih banyak menggunakan yang bukan Bahasa Melayu maupun Bahasa Indonesia. Anak-anak usia SD saja masih ada yang menyebutkan angka dengan: ciek, duo, tigo, ampek.
   Tak usah mencari-cari kesalahan mengapa hal seperti ini sampai terjadi. Tapi, untuk langkah ke depannya, menjadi tugas Balai Bahasa untuk mencari jalan keluar. Apalagi, didirikannya Balai Bahasa di Riau karena dari sinilah cikal bakal Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa. (wan)