Indonesia Produsen Karet Kedua Terbesar Dunia, Tapi Lagi Lesu

Senin, 22 Juni 2020

(Foto: reuters)

 

JAKARTA - Indonesia terus mendorong industri pengolahan karet. Hal ini agar semakin produktif dan berdaya saing tinggi.

Selain itu, karet juga didorong untuk mampu melakukan diversifikasi produk. Hal ini sekaligus memacu program hilirisasi dan memperdalam struktur sektor manufaktur di dalam negeri.

Apalagi, Indonesia menempai peringkat kedua sebagai produsen karet alam terbesar di dunia. Berikut, Jakarta, Senin (22/6/2020), fakta-fakta Indonesia menjadi produsen karet alam terbesar kedua di dunia:

1. Indonesia Peringkat Kedua Produsen Karet Alam di Dunia

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, Indonesia menempati peringkat kedua sebagai produsen karet alam terbesar di dunia.

"Ini merupakan sebuah potensi bagi kita untuk meningkatkan produktivitas sektor industri pengolahan karet nasional,” jelasnya.

2. Karet Nasional Kontribusi Besar bagi Perolehan Devisa

Sektor industri pengolahan karet nasional berkontribusi cukup besar terhadap perolehan devisa, hingga menembus sebesar USD3,422 miliar pada tahun 2019. Saat ini, terdapat 163 industri karet alam dengan serapan tenaga kerja langsung sebanyak 60.000 orang.

3. Capaian Produksi Karet Alam di 2019

Produksi karet alam pada 2019 mencapai 3,3 juta ton, yang meliputi SIR (crumb rubber), lateks pekat, dan RSS (ribbed smoked sheet). Dari jumlah tersebut, 20% diolah di dalam negeri oleh industri hilir menjadi ban, vulkanisir, alas kaki, rubber articles, maupun manufacture rubber goods (MRG) lainnya, sementara 80% karet alam diekspor.

4. Harga Karet Turun, Produksi Tak Maksimal

Menperin menyampaikan, produksi karet alam baru memenuhi sekitar 55,4% dari kapasitas terpasang sektor tersebut, yang mencapai 5,9 juta ton.

"Salah satunya dipengaruhi oleh harga karet alam dunia yang turun ke level terendah sejak 2011, yakni mencapai USD1,36 per kg sejak 24 Februari lalu,” ujar Menperin.

5. Penyebab Harga Karet Turun

Salah satu penyebab rendahnya harga karet alam adalah over supply komoditas tersebut serta menurunnya permintaan di pasar global.

“Kondisi ini berpengaruh pada kesejahteraan petani karet, menurunnya penghasilan bersih dari perusahaan karet dan menurunnya nilai ekspor,” papar Menperin.(fadel prayoga/okezone)