Cara Memilih Minyak Goreng yang Sehat dan Bebas Lemak Jenuh

Selasa, 16 Juni 2020

(Foto: shutterstock)

HAMPIR semua makanan yang digemari orang Indonesia, pasti dimasak dengan cara digoreng. Ikan, ayam, sayuran, sampai gorengan, apapun itu, kalau bertekstur renyah dan garing pasti laris manis.

Padahal, minyak yang digunakan untuk menggoreng tersebut mengandung lemak. Bahkan, tak sedikit di antaranya yang tinggi akan lemak jenuh.

Lemak jenuh, atau lemak jahat dapat berisiko meningkatkan kolesterol darah, dan mengakibatkan meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular.

Menurut Moch Aldis Ruslialdi SKM CNWC, Certified Nutrition and Wellness Consultant Nutrifood, setidaknya 40,7 persen orang Indonesia mengonsumsi makanan dengan lemak jahat lebih dari satu kali per hari.

Padahal, konsumsi lemak yang dianjurkan per harinya saja hanya sebesar 5-6 sendok makan.

Ilustrasi menggoreng kentang

Gunakan minyak canola untuk menggoreng atau menghangatkan kentang Foto: Shutterstock

Untuk meminimalisasi konsumsi lemak jenuh, kita bisa mengakalinya dengan cara memilih jenis minyak goreng yang lebih sehat. Sebagai acuan, minyak goreng yang baik mengandung lebih banyak lemak baik, dan kandungan lemak jenuhnya rendah.

Cara mengetahuinya, adalah memasukkan minyak goreng ke dalam kulkas dan mendiamkannya selama beberapa saat. Kalau lemak jenuhnya rendah, minyak goreng akan tetap encer. Sebaliknya, kalau kandungan lemak jenuhnya tinggi, minyak goreng akan membeku.

"Orang Indonesia kelebihan lemaknya berasal dari minyak, karena apa-apa digoreng. Jadi, harus tahu kalau ada alternatif minyak lebih sehat, biar kalau kita makan yang mengandung minyak, dapat yang lemaknya baik," jelas Aldis dalam acara NutriClass yang diselenggarakan oleh Nutrifood pada Selasa, (16/6).

Ilustrasi minyak canola

Ilustrasi minyak canola Foto: Shutter Stock

Aldis juga menambahkan, jenis minyak goreng yang paling sehat adalah minyak canola, dengan kandungan lemak jenuh hanya sebesar 7 persen. Kemudian, minyak jagung dengan kadar lemak jenuh sebesar 13 persen, dan minyak zaitun dengan lemak jenuh sebanyak 14 persen.

Sebaliknya, minyak kelapa mengandung lemak jenuh paling tinggi, yakni sebesar 92 persen. Sementara, minyak sawit mengandung lemak jenuh sebanyak 52 persen.

Meski minyak nabati tak mengandung kolesterol, namun perlu dicatat, kandungan lemak jenuh yang ada di dalamnya bisa memengaruhi kadar kolesterol kita.

"Lemak yang jenuh dan tak jenuh memengaruhi kolesterol kita. Kalau lemak jenuhnya banyak, kolesterol buruk (LDL) bakal banyak. Sebaliknya, kalau yang tak jenuhnya banyak, kolesterol baik (HDL) juga meningkat," pungkas Aldis. (Kumparan)