Survei FSGI: Mayoritas Sekolah Belum Siap Hadapi Kenormalan Baru

Selasa, 16 Juni 2020

Seorang siwa tengah mengerjakan tugas sekolah dari rumah di Bandung. (Foto: Bisnis/Dea Andriyawan)

JAKARTA - Federasi Serikat Guru Indonesia merilis hasil survei nasional mengenai kesiapan sekolah menghadapi kenormalan baru atau new normal dalam pembelajaran.

Dalam video konferensi, Selasa (16/6/2020), FSGI menyebutkan mayoritas pihak sekolah sebanyak 55,1 persen menjawab belum memenuhi semua kebutuhan pokok yang dibutuhkan dalam menghadapi kenormalan baru. Artinya, sekolah belum siap untuk dibuka kembali. Sementara yang menyatakan sudah siap sebanyak 21,3 persen.

"Komponen yang belum disiapkan atau dilakukan oleh sekolah dalam menghadapi kenormalan baru di sekolah di antaranya belum sosialisasi kepada orang tua dan siswa (54,9 persen), belum adanya sarana prasarana/infrastruktur penunjang protokol kesehatan di sekolah di masa kenormalan baru (49,5 persen)," ujar pihak FSGI.

Komponen lainnya, pihak sekolah belum berkoordinasi dengan semua pemangku kepentingan (48,6 persen), belum adanya aturan teknis di sekolah (45,6 persen) dan belum adanya kesiapan anggaran sekolah (43,4 persen).

Sejauh ini protokol kesehatan, kesiapan sarana prasarana dan infrastuktur, dan aturan teknis sekolah, serta sosialisasi kepada orang tua dan siswa memang menjadi komponen pokok yang harus disiapkan.

Untuk mayoritas sekolah, rata-rata sudah mengetahui dan membaca aturan protokol kesehatan jika sekolah dibuka kembali.

Mengenai waktu yang tepat membuka sekolah kembali, mayoritas sekolah (55,1 persen) menjawab membuka sekolah jika kondisi sudah normal kembali, kapanpun waktunya.

Sementara itu sebanyak 20,8 persen menjawab ingin membuka sekolah pada tahun ajaran baru Juli 2020, dan sebanyak 16,2 persen ingin membuka sekolah di awal semester genap atau Januari 2021.

Survei nasional dilakukan pada 6 Juni sampai 8 Juni 2020, dengan 1.656 responden di antaranya berprofesi sebagai guru, kepala sekolah, dan manajemen sekolah.

Survei dilakukan terhadap sekolah yang tersebar di 34 provinsi dan 245 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. (Saeno/Devi Sri Mulyani/Bisnis)