New Normal, Investasi Properti Perlu Penyesuaian

Selasa, 16 Juni 2020

(Foto: bisnis)

 

JAKARTA – Konsultan properti Colliers Internationals Indonesia menyebutkan untuk menjalankan bisnis properti saat normal baru para investor, pemilik gedung dan pengembang perlu menjalani banyak penyesuaian.

Head of Capital Markets di Colliers International Indonesia, Steve Atherton mengatakan, saat ini pasar bergerak lambat dan makin tertekan. Dalam kondisi ini, investor mencari akan mencari aset yang harganya lebih murah dan mencari kesempatan beli yang lebih baik.

Dalam konteks kehidupan new normal di tengah pandemi Covid-19, kebanyakan investor dan pengembang akan lebih teliti dalam mempertimbangkan keputusan pengeluarannya dan melindungi diri dari risiko.

Adapun, para investor dan pengembang yang membeli atau mengakuisisi properti saat ini pun tidak akan berekspetasi untuk mendapatkan return of investment (ROI) dan hasil dalam jangka waktu dekat.

“Jika belum ada tanda positif untuk pasar kembali pulih dalam waktu dekat, maka lebih baik untuk meningkatkan kualitas dan mempersiapkan portofolio properti yang lebih sesuai dengan standar-standar kehidupan yang baru,” ungkap Atherton melalui keterangan resmi, Selasa (16/6/2020).

Dalam kondisi ketidakpastian seperti ini, menurutnya para investor yang sudah berinvestasi dengan nilai besar atau punya pangsa besar akan cederung melanjutkan investasinya. Namun, mereka juga akan mempertimbangkan kondisi keuangan perusahaan tempatnya berinvestasi.

“Mereka akan melihat jumlah utang dan biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Itu menjadi faktor utama penentu apakah mereka akan bertahan atau tidak di tengah krisis ekonomi akibat Covid-19 ini,” imbunnya.

Dari sekian banyak aset properti untuk investasi, menurut Atherton properti yang paling sehat kondisinya saat ini adalah properti industrial seperti untuk pergudangan dan pusat data.

“Karena mereka menjadi tempat bagi industri-industri yang tetap bisa bergerak di tengah pandemi ini, seperti logistik, makanan minuman, dan data. Sehingga akan lebih menarik dibandingkan dengan properti yang menyasar pengguna [end user],” ujarnya. (David Eka Issetiabudi/mutiara nabila/bisnis)