Soal Pembukaan Sekolah, Kemendikbud: Tergantung Gugus Tugas

Senin, 15 Juni 2020

Sejumlah siswa mengikuti sosialisasi penggunaan masker di Sekolah Tunas Global, Depok, Jawa Barat. (Foto: ANTARA - Asprilla Dwi Adha)

JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayan (Kemendikbud) mengatakan pembukaan kembali sekolah tergantung pada keputusan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di masing-masing daerah.

"Pembukaan sekolah tergantung Gugus Tugas, yang nantinya menentukan daerah mana saja yang sekolahnya bisa dibuka," ujar Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) Kemendikbud Hamid Muhammad, Minggu (14/6/2020).

Dia menyatakan daerah mana saja yang boleh melakukan tatap muka akan disampaikan oleh pihak Gugus Tugas. Pemerintah daerah tidak boleh memutuskan sendiri keputusan pembukaan sekolah.

Hamid menuturkan bahwa kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di sekolah hanya boleh dilakukan di daerah-daerah dalam zona hijau, daerah tanpa kasus penularan Covid-19.

Di daerah-daerah dalam zona merah dan zona kuning yang masih memiliki kasus penularan Covid-19, maka kegiatan belajar mengajar tetap harus dilakukan dari rumah atau jarak jauh.

Dia mengungkapkan Kemendikbud akan memberikan dukungan untuk memperkuat sarana-prasarana penunjang kegiatan belajar-mengajar dari jarak jauh. Sehingga pembelajaran jarak jauh atau daring lebih bermakna.

Kemendikbud, imbuhnya, akan terus memperkuat pembelajaran jarak jauh ini dengan TV edukasi, rumah belajar, TVRI, termasuk dengan penyediaan kuota gratis atau murah dari penyedia telekomunikasi.

Kompetensi guru dalam pembelajaran daring pun akan ditingkatkan. Berdasarkan hasil evaluasi Kemendikbud mengenai kegiatan pembelajaran daring selama tiga bulan, hanya 51 persen kegiatan pembelajaran daring yang berjalan efektif.

Hal itu antara lain terjadi karena keterbatasan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang seperti perangkat elektronik hingga jaringan internet. Meski demikian, sebagian sekolah mengatasinya dengan guru yang mendatangi rumah siswa. (Fitri Sartina Dewi/antara/bisnis)