Bisnis Hortikultura Bisa Raup Untung 3 Kali Lipat di Tengah Pandemi

Kamis, 14 Mei 2020

Ilustrasi kawasan hortikultura. (Dok. Kementan)

JAKARTA – Adanya pandemi Covid-19 disebut menjadi momentum kebangkitan sektor komoditas hortikultura. Pasalnya, tingkat konsumsi buah-buahan dan sayuran saat ini menjadi prioritas seiring semakin tingginya kesadaran masyarakat akan manfaat buah dan sayur yang dapat meningkatkan daya imun tubuh.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo pun mengungkapkan bahwa pihaknya tetap optimistis komoditas pertanian Indonesia akan tetap stabil. Bahkan sejak diumumkan pertama kali adanya kasus infeksi Covid-19 pada awal Maret 2020 lalu, komoditas hortikultura khususnya permintaan sayur dan buah segar mengalami peningkatan.

“Kita harus dapat menjaga stamina dan daya tahan tubuh dari infeksi Covid-19 dengan mengkonsumsi sayur dan buah lokal,” ujarnya, Kamis (14/5).

Sementara itu, Pakar Hortikultura Institut Pertanian Bogor (IPB) Sobir mengatakan bahwa saat ini permintaan di sektor hortikultura khususnya untuk produk buah dan sayur makin meningkat. Dengan demikian pasar domestik tetap berjalan meski terjadi perubahan ekonomi global, di mana kondisi ini jelas menjadi peluang bisnis tersendiri.

“Ini namanya era new normal di mana gaya hidup social distancing. Social distancing akan terus ada selama vaksin belum ada. Lalu masyarakat berkeinginan untuk meningkatkan imunitas. Online shopping menjadi hal yang tetap berlangsung,” ujarnya.

Pemenuhan boost imunity inilah yang menjadi peluang bisnis hortikultura. Dalam rangka pembatasan social yang diterapkan pemerintah inilah bisnis online shopping bergerak lincah. Adanya keinginan untuk kehidupan yang lebih baik inilah masyarakat berupaya untuk menyediakan gizi yang lebih baik demi menjaga kesehatan.

“Bisnis hortikultura dapat mendatangkan pendapatan tiga lipat lebih besar ketimbang padi. Jika masyarakat tetap focus untuk boosting immunity, maka bisnis hortikultura tentunya meningkatkan pendapatan,” beber dia.

Potensi peningkatan pendapatan dan tenaga kerja sangat besar dalam komoditas hortikultura. Selain itu tidak adanya impor yang masuk dapat meningkatakan potensi pasar dalam negeri.

“Pasar ditutup, distribusi terganggu. Artinya kita bisa membuka rantai pasar yang baru. Pedagang kecil penyedia, pengusaha masuk ke dalam. Integrasikan petani-petani kecil, kumpulkan menjadi satu sistem. Yang kecil masuk ke organisasi yang lebih besar lalu masuk ke market place. Produsen bisa masuk dan ciptakan peluang-peluang yang baru,” lanjutnya.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Prihasto Setyanto memaparkan terkait pasokan, Ditjen Hortikultura sudah memiliki Early Warning System untuk penyediaan pasokan. Pegembangan daya saing seperti program ‘Gedor Horti’ tetap dilakukan. “Seperti pengembangan one region, one variety, “ tegas dia.

Pihaknya itu berupaya melakukan penyediaan bahan pangan secara cepat. Adapun, agenda SOS pada periode Mei hingga Agustus 2020 di mana 11 kebutuhan bahan pokok harus tersedia. Khusus komoditas hortikultura yang terdiri dari bawang dan cabai jangan sampai berkurang.

“Kemudian bagaimana menyerap cabai apabila harga jatuh. Selain itu juga membantu aspek distribusi, dari daerah surplus ke daerah minus,” jelas Prihasto. (Banu Adikara/Saifan Zaking/jawapos)