Tenaga Medis Sudah 1,5 Bulan Tak Pulang, Wahai Masyarakat Tolong Jaga Kesehatan

Rabu, 13 Mei 2020

1.600 tenaga medis di Balikpapan sudah 1,5 bulan tidak pulang (Foto : Okezone.com/Amir)

BALIKPAPAN - Di Kota Balikpapan ada sekira 1.600 tenaga kesehatan yang tergabung dalam penanganan pasien covid-19 yang tersebar di 12 rumah sakit. Mereka rata-rata sudah hampir 1,5 bulan tidak pulang ke rumah bersama keluarga karena harus memberikan pelayanan perawatan kepada pasien covid.

Tugas ini menjadi lebih ringan jika masyarakat disiplin mengikuti anjuran pemerintah dengan tidak keluar ruma jika tidak penting sekali, mengenakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, cuci tangan selalu.

“Di dalam itu (ruang isolasi) tidak enak. Itulah kita perlukan ke depanya kita sebagai pribadi harus menjaga kesehatan, mengikuti protokol –protokol kesehatan yang ada dengan jaga jarak, cuci tangan, mandi, masker,” tuturnya.

Dia juga meminta masyarakat tidak perlu takut lagi dengan pasien covid yang sudah dinyatakan sembuh atau duakali negative. Mereka ini butuh support dari lingkungan untuk mengembalikan kepercayaan diri.

“Saudara-saudara kita yang sudah dinyatkan sembuh, swabnya dinyatakan negative, sehingga penularan sudah tidak ada. Kecil sekali penularannya. Justru mereka support dari lingkungan untuk mengembalikan kepercayaan diri,” tandasnya belum lama.

Dokter lainya, drdr Morisco menyampaikan tim medis juga banyak yang khawatir bisa tertular karena disamping waktunya yang masih panjang. Di RSKD pasien yang dirawat pada umumnya membutuhkan waktu 36 hari.

“Ini adalah perang pandemic. Jadi ada yang positif positif lagi, ada negative eh positif lagi . yang diminta dua negative berturut-turut,” ujarnya.

Dia menyebut tim medis ini sebetulanya telah melanggar social distancing disaat orang semua menjauh tim medis justru mendekat karena kewajiban profesi.

Tim dokter dan medis bahkan sebut sudah seperti keluarga dari pasien yang karena covid ini, keluarga inti tidak bisa bisa memberikan perawatan di rumah sakit.

“Kami harus mendekat mereka merawat, mengobati. Tim perawat kami bahkan harus menyuapi makan pasien yang positif yang memang keluarganya tidak boleh masuk. Jadi kami jadi kelaurga mereka sampai mereka bisa sembuh dinyatakan keluar dari rumah sakit,” tuturnya.

Bahkan dia mengusulkan agar setelah pandemi ini selesai bisa digelar reuni besar bagi tenaga medis dan seluruh pasien yang sembuh dari covid.

“Nanti ini selesai kita bisa reuni besar ya. Terima kasih kepada tim dokter, tim perawat, juga masyarakat yang tetap peduli dan teman-teman media yang bantu kami menginformasikan kerja kita semua,” katanya.

Para tenaga medis tersebut harus menahan rindu tidak bertemu anak istri maupun suami, bahkan orangtua karena mereka di isolasi. Mereka juga khawatir jika pulang ke rumah akan menularkan kepada orang-orang yang mereka cintai.

“Jangan mengira dokter dan perawat itu dalam keadaan tenang mereka juga dalam keadaan yang was-was mereka tidak pulang karena bisa tularkan ke anak istrinya,” katanya.

“Rata-rata di Kanudjoso yang menangani pasien itu sudah 1,5 bulan tidak pulang. Jadi mereka juga di isolasi juga di rumah sakit, 1,5 bulan tidak pulang,”sambungnya.

Pengalaman tidak mengenakan tentu dialami pasien covid yang sembuh terutama kekhawatiran tidak sembuh karena virus ini belum ada vaksinya. Hj Hartini (47) klaster Jepang ini terpapar virus Coron bersama suaminya yang akhirnya menulari anaknya yang sehingga harus berkumpul bertiga selama 49 hari.

Dia menjalani proses penyembuhan dengan sabar, mengurangi menonton tv yang berkaitan dengan covid. Untuk mengusir kebosanan karena menunggu hasil swab, ibu satu anak ini mengaku banyak mengisi mengaji, berkunjung/bersilaturahmi ke sesame pasien lainya untuk saling menguatkan.

“Kalau bapaknya hatam dua kali, saya satu kali lebih selama dirawat. Itu aja menghilangkan kebosanan di rumah sakit,” tuturnya yang juga memiliki comorbid lambung.

Dia menilai tim medis yang memberikan perawatan diakui dijalani dengan baik dan sabar oleh tim dokter dan perawatan. “Alhamdulillah baik-baik semua saat merawat kita mereka sabar dan baik,” ujar warga Graha Indah Balikpapan Utara ini, saat diperkenalkan tim gugus belum lama ini.

Cerita pengalaman pasien sembuh juga diungkap oleh Hendri Lie pasing tertua usai 75 tahun warga Kelurahan Gunung Samarinda Utara ini. Dia bersyukur, karena rata-rata seusianya, berakhir dengan kematian. Namun justru masih diberi kesempatan untuk hidup.

“Mungkin yang bertanya saya umur 75 tahun, paling tua biasanya mati, untung saja belum masuk daftar (meninggal),” tandasnya disambut tawa saat diperkenalkan pemerintah kota belum lama.

“Tuhan yang menentukan kita dipanggil atau tidak, menurut Iman saya. Kita tidak perlu takut covid-19 tapi kita harus waspada, saya punya prinsip demikian. Dokter dan obat itu cuma sarana tuhan, menurut saya,“ tuturnya.

Hendrie pun bersyukur karena pemulihannya bahkan lebih cepat dibanding yang berusia muda. “Saya tidak tahu mengapa demikian, obat sama. Prinsip saya, bukan covid-19 yang mematikan saya, Tuhan yang memanggil,” ungkapnya.

Dia bercerita awal masuk rumah sakit justru sempat diagnosa oleh dokter mengidap TBC. Mekipun sudah ada hasil laboratorium negatif, namun tetap dibawa ke ruang isolasi khusus TBC. Hendri mengklaim sebagai pasien yang paling banyak berpidah-pindah tempat.

Dia pun sempat dipindah ke beberapa ruang, sebelumnya akhirnya ditempatkan ke ruang Soka setelah diketahui positif covid-19. “Jadi dari antara pasien yang punya pengalaman keliling tempat isolasi ya saya, ” ujarnya

Warga keturunan ini pun berpesan kepada semua pasien bahwa untuk sembuh juga harus disiplin dan mengikuti semua aturan rumah sakit. Termasuk anjuran Pemerintah agar ditaati, sehingga tidak terus bertambah kasus-kasus baru covid-19.

“Mungkin itu pesan saya supaya jangan bertambah lagi yang masuk ke rumah sakit. Terima kasih kepada pemerintah yang sudah membiayai kami, demikian juga rumah sakit yang sudah merawat kami,”tutupnya.

Di Balikpapan hingga Selasa (12/5) jumlah pasien positif 43 orang, sembuh 19 orang, meninggal positif dua orang. Sedangkan PDP berjumlah 128 orang 99 diantaranya sembuh/negative, 23 orang masih menjalani perawatan dan 6 orang meninggal. (Amir Sarifudin/okezone)