Ada Wabah Corona, Kinerja Emiten Properti Tahun Ini Diprediksi Masih Lesu

Selasa, 05 Mei 2020

JAKARTA - Sepanjang tahun lalu, pasar properti masih lesu lantaran kondisi ekonomi dan adanya pesta demokrasi. Sepertinya kelesuan tersebut masih berlanjut di tahun ini.

Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia mengatakan, kelesuan pasar properti ada kaitannya dengan wabah Covid-19 saat ini. Penyebaran Covid-19 saat ini membuat adanya risiko pertumbuhan ekonomi global yang hanya tumbuh 2,5% secara tahunan (yoy), atau lebih rendah dari estimasi sebelumnya di level 2,7%. Proyeksi tersebut tentunya akan berdampak pada daya beli masyarakat yang terbatas.

"Kami melihat bahwa sektor properti memang merupakan sektor yang paling terdampak Covid-19 setelah sektor finansial, karena tentunya bisa dilihat bahwa dengan kondisi saat ini masyarakat akan cenderung memprioritaskan kebutuhan pokok terlebih dahulu ketimbang untuk membeli properti," kata Cathy kepada Kontan.co.id, Senin (4/5).

Di sisi lain, implementasi dari PSAK 72 tentang pengakuan pendapatan berpotensi memberikan dampak negatif terhadap pendapatan pengembang properti high-rise. Dus, pengembang diyakini akan mengubah strategi marketing dan jenis properti yang berfokus pada properti residensial.

"Mengetatnya persaingan properti yang hanya terfokus pada landed-house membuat distribusi serta pengembangan properti  lainnya terhambar," jelas dia.

Kelesuan properti sudah dirasakan PT PP Properti Tbk (PPRO). Tahun lalu, PPRO membukukan penurunan pendapatan dan laba bersih.

Pendapatan PPRO turun 1,56% yoy menjadi Rp 2,51 triliun, sedangkan laba bersih susut 27,28% menjadi Rp 342,69 miliar. Direktur Keuangan PPRO Indaryanto mengatakan penurunan kinerja tahun lalu disebabkan karena sikap investor yang wait and see di tengah tahun politik.

Sementara itu, di awal tahun ini kinerja pendapatan pra penjualan (marketing sales) PPRO juga seret lantaran sepanjang kuartal I-2020 hanya membukukan Rp 270 miliar. Perolehan tersebut hanya disumbang penjualan pada Januari-Februari 2020.

Kondisi tersebut sejalan dengan terhentinya proses pemasaran akibat kebijakan work from home (WFH) dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). "Beberapa proyek penjualannya hanya satu-dua unit, kalau dulu kan suka gathering dengan para pembeli," kata Indaryanto kala itu.

PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) juga mengalami hal yang sama. Tahun lalu pendapatan ASRI turun 12,59% menjadi Rp 3,47 triliun. Beruntung, laba bersih emiten properti ini masih bisa tumbuh karena meningkatnya unrealized forex gain. Di tahun yang sama, marketing sales ASRI juga tak mencapai target yakni hanya Rp 3,11 triliun. Adapun target marketing sales ASRI tahun lalu sebesar Rp 4 triliun.

Tahun ini, target ASRI pun tak muluk. Sekretaris Perusahaan Alam Sutera Tony Rudianto mengatakan, target pendapatan dan laba tahun ini sama dengan capaian di 2019. Sedangkan target marketing sales sama dengan target tahun lalu yakni Rp 4 triliun.

Hal ini didasarkan pada proyeksi hasil kinerja sepanjang tahun 2020 yang bergantung pada Covid-19. Adapun realisasi marketing sales pada kuartal I-2020 sebesar Rp 540 miliar atau setara 13,5% dari target.

"Untuk hasil tahunan akan sangat bergantung pada seberapa cepat penyelesaian pandemi Covid-19 dan dampaknya terhadap ekonomi nasional," jelas Tony.

Perolehan marketing sales yang masih cukup apik dibukukan PT Ciputra Development Tbk (CTRA). Direktur Independen CTRA Tulus Santoso mengatakan, marketing sales sepanjang kuartal I-2020 sebesar Rp 1,14 triliun atau setara dengan 17,01% dari target Rp 6,7 triliun.

Di kuartal II ini, CTRA masih akan mengejar marketing sales Rp 1,25 triliun.

Tulus mengatakan, Covid-19 menjadi tantangan terberat CTRA untuk mencapai target. Saat ini, manajemen CTRA masih terus melihat perkembangan Covid-19 untuk bisa mengetahui bagaimana proyeksi kinerja di tahun ini. "Masih menunggu perkembangan pandemi Covid-19 ini sampai berapa lama belum pasti. Sehingga susah mengambil asumsi untuk melakukan perhitungan revisi," jelas dia.

Melihat kondisi tersebut, Catherina mengatakan, MNC Sekuritas mempertahankan outlook netral untuk saham sektor properti di tahun ini, meskipun masih ada peluang dari segmen menengah ke bawah.

Namun apabila investor tertarik, ia menyarankan buy saham BSDE dengan target harga Rp 1.110 per saham, CTRA dengan target harga Rp 880 per saham dan SMRA dengan target harga Rp 610 per saham. ( Benedicta Prima/Khomarul Hidayat/kontan )