Siasat Barbershop Bertahan di Tengah Pandemi

Kamis, 30 April 2020

LAYANAN CUKUP PANGLING: Pegawai Asep mengenakan baju hazmat dan masker sedang merapikan rambut pelanggan di rumahnya. (Foto: Febry Ferdian/Jawa Pos )

WAKTU masih menunjukkan pukul 08.00, tapi kesibukan sudah terasa di Raihan Barbershop kemarin (29/4). Tempat potong rambut di Jalan Kelapa Dua Raya, Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat, itu adalah milik Asep, 46. Dua pegawai menyiapkan sejumlah keperluan mencukur yang akan dibawa ke rumah pelanggan. Asep membantu dengan menata baju hazmat.

Baju itu baru dicuci sehari sebelumnya. Ada beberapa hazmat yang dimiliki Asep. Semua langsung dicuci begitu selesai dikenakan.

Hampir sepekan ini Asep menyediakan layanan datang ke rumah. Setelah semua siap, Asep dan dua pegawainya menuju rumah pelanggan pertama hari itu. Jaraknya hanya sepuluh menit dari tempat barbershop Asep. ’’Nama kami sementara jadi Cukur Pangling,” kata pria asal Tasikmalaya itu.

Pangling memiliki dua makna. Yang pertama memberi kesan berbeda dari sebelumnya. Mereka yang tadinya gondrong jadi rapi setelah ditangani tim Asep. ”Pangling juga singkatan dari panggilan keliling,” ujar Asep.

Aksi Cukur Pangling itu diputuskan setelah melihat omzet yang menurun drastis akibat pandemi Covid-19. Orang-orang khawatir datang untuk potong rambut. Yang biasanya sehari bisa mencukur 20–40 kepala menjadi hanya 2–3 kepala. ’’Saya memang tetap buka barbershop-nya. Tidak mungkin meliburkan usaha kalau mau tetap makan. Tapi, ternyata jumlah penurunan pelanggan sangat signifikan,” cerita bapak empat anak tersebut.

Asep khawatir jika dibiarkan terus-menerus, usahanya bisa gulung tikar. Dari mana dia mendapatkan uang untuk membayar sewa tempat, operasional, dan gaji pegawai. ”Bisa dibayangkan berapa dapatnya kalau hanya dua pelanggan sehari,’’ ucap dia.

Sampai suatu hari seorang pelanggan meminta dia ke rumah. Pelanggan itu cocok dengan potongan Asep. Tapi, dia tak bisa keluar rumah karena mengikuti anjuran pemerintah. Kebetulan di rumah pelanggan itu ada beberapa laki-laki yang tinggal. Asep datang tak hanya untuk memotong rambut satu orang. ”Saya tanya untuk berapa orang, katanya untuk keluarga. Anaknya tiga sama ayahnya, berarti empat,’’ ungkap dia.

Asep mengalkulasi biaya pelayanan datang ke rumah dengan bayaran yang diterima. Ternyata, dengan jumlah pelanggan empat orang yang dia datangi, bayarannya tidak mencukupi. Karena itu, dia meminta pelanggan tersebut menambah jumlah orang yang dicukur. ’’Saya nego barangkali ada tetangganya yang mau karena jumlah empat pelanggan itu tidak masuk hitungannya. Ternyata ada,” tuturnya.

Setiap kali datang di satu tempat, Asep menetapkan minimal ada sepuluh orang yang rambutnya dipotong. Saat ini dia sudah mengantongi sejumlah pesanan ke beberapa tempat. Asep hanya membuka layanan Senin–Kamis pada pukul 08.00–12.00. ”Kalau di satu lokasi kurang dari sepuluh orang, bisa joint ke tempat lain yang kebetulan tidak terlalu jauh,’’ katanya.

Di luar waktu itu, jasa Asep bisa ditemui di barbershop-nya. Asep mempromosikan kegiatan Cukur Pangling itu lewat WhatsApp Group. Dalam memberikan layanan, dia memastikan timnya aman, begitu juga pelanggannya. Karena itu, dia membuat standar operasional prosedur (SOP) yang bisa melindungi kedua pihak.

Dia dan dua anak buahnya selalu mengenakan APD. Di antaranya, baju hazmat dan masker. ”Kami juga harus dalam kondisi yang fit,” ujarnya.

Ketika sampai, seluruh bangku dan lokasi potong rambut disemprot cairan disinfektan. Dia juga memeriksa suhu tubuh pelanggannya. ’’Kami ingin semua dalam kondisi sehat ketika dipotong rambutnya,’’ jelas Asep, lantas menambahkan bahwa SOP itu juga diterapkan di tempat potong rambutnya.

Salah seorang pelanggan Asep, Muhammad Azam Adnani, 30, mengaku sudah lama memercayakan potongan rambutnya kepada Asep. Dia juga merasa lebih higienis dengan standar kebersihan yang diterapkan Asep. ’’Nggak masalah, malah lebih merasa bersih kalau ada SOP kayak gini,’’ ucap dia.

Azam mengatakan, sejak pandemi Covid-19 muncul, dirinya belum memotong rambut. Karena itu, begitu tahu Asep membuka jasa datang ke rumah, dia langsung memanfaatkannya. ’’Sangat membantu. Jadi, kita nggak perlu keluar rumah. Pelayanannya juga higienis,’’ ungkapnya.

Azam hanya perlu mengeluarkan uang Rp 30 ribu. Harga itu diakui lebih mahal Rp 5 ribu daripada biasanya. Namun, dia merasa itu sesuai dengan pelayanan yang diberikan. ’’Nggak masalah naik Rp 5 ribu. Hari ini saya potong rambut sama adik-adik,’’ ucap Azam. (Ilham Safutra/c7/ayi/jawapos)