Covid-19 Bisa Selesai 99 Persen pada Juni

Kamis, 30 April 2020

DIBUNGKUS PLASTIK: Jenazah pasien virus korona dimakamkan di TPU Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur. (Foto: Haritsah Almudatsir/Jawa Pos)

JAKARTA - Ujung penanganan pandemi Covid-19 masih menjadi misteri. Apalagi, sampai sekarang vaksin belum ditemukan. Namun, LSI Denny JA memperkirakan pageblug global itu akan selesai 99 persen pada Juni 2020.

Denny JA menjelaskan, dengan mengolah data dunia yang ada, ditambah referensi riset lain, lembaganya membuat tiga kesimpulan soal virus korona. Kesimpulan pertama, 99 persen kasus Covid-19 selesai sebelum vaksin untuk virus ditemukan.

”Juli hingga September 2020 adalah rentang waktu di mana virus korona tak lagi menjadi masalah bagi dunia,” terang dia. Saat itu yang terpapar virus dipastikan tetap ada. Namun, grafik jumlah kasus baru terpapar menurun signifikan. Puncak pandemi juga sudah dilewati.

Kesimpulan kedua, lanjut Denny, terkait Indonesia yang masuk negara menengah atau kategori B dalam kecepatan penyelesaian pandemi Covid-19. Menurut dia, tercapainya level 99 persen untuk kasus Indonesia diperkirakan pada Juni 2020.

Sementara kesimpulan ketiga, lanjut Denny, 100 persen Indonesia dan dunia akan bebas dari virus korona ketika vaksin ditemukan. ”Rentang waktu penemuan vaksin sekitar Mei sampai Juli 2021,” ungkapnya.

Ketika vaksin ditemukan, efek virus akan berubah hanya seperti penyakit biasa yang tak lagi mematikan.

Denny menjelaskan, riset kali ini dilakukan dengan mengolah data sekunder. Membaca tren data dunia dan Indonesia untuk menjawab apakah dan kapan puncak pandemi terlampaui. Jawaban dan kesimpulan atas pertanyaan itu diolah dari tiga sumber data dan informasi. Yaitu Worldometer data dunia virus korona, Singapore University of Technology and Design, dan data berbagai hasil riset lainnya.

Selanjutnya, prediksi dibangun dengan aneka asumsi. Yang utama adalah kepatuhan terhadap protokol kesehatan yang ditetapkan WHO dan aturan pemerintah. Asumsi lainnya, vaksin ditemukan pada pertengahan tahun depan jika kecepatan penelitian laboratorium sama seperti yang sekarang terjadi. Tidak pula lahir mutasi baru virus korona yang kembali menyerang. ”Jika asumsi itu terlanggar, dengan sendirinya aneka prediksi di atas tak berlaku,” jelasnya.(Ilham Safutra/lum/c9/fat/jawapos)