Masjid Agung Sunda Kelapa, Salat Berjamaah Hanya Diikuti Imam Masjid

Selasa, 28 April 2020

MENJAGA JARAK: Salat Tarawih di Masjid Agung Sunda Kelapa tidak terbuka untuk umum. Masjid ditutup total selama masa PSBB. (DEWAN PENGURUS MASJID AGUNG SUNDA KELAPA FOR JAWA POS)

GERBANG besi berwarna cokelat di sisi timur Masjid Agung Sunda Kelapa tertutup rapat. Sebuah gembok berwarna perak mengunci dari dalam.

Dua gerbang lain di sisi selatan juga sama, ditutup dan digembok. Hanya pintu kecil di bagian barat yang terbuka. Itu pun dibatasi waktunya. Bakda magrib, pintu kecil itu digembok.

Hanya beberapa jamaah yang mengetahui pintu kecil itu yang tetap masuk ke area masjid. Tapi, ruang utama masjid tetap tidak bisa dimasuki. Semua pintunya dikunci rapat, kecuali akses ke area imam. Seluruh karpet digulung dan diletakkan di salah satu sudut.

Saat Jawa Pos datang Jumat (24/4), kesunyian begitu terasa di area masjid yang terletak di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, itu. Sangat kontras dengan Ramadan tahun lalu. Masjid tersebut menjadi salah satu lokasi favorit untuk beribadah di bulan puasa.

Ketika tiba waktu salat, azan tetap berkumandang. Namun, tidak berlanjut dengan iqamat melalui pengeras suara. Sebab, tidak ada aktivitas salat berjamaah untuk umum. Beberapa jamaah, termasuk wartawan koran ini, hanya bisa mengambil tempat di beranda dalam masjid dan melaksanakan salat sendiri-sendiri. Jumlah jamaah yang tetap datang untuk beribadah bisa dihitung dengan jari.

Sejak penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta, Masjid Agung Sunda Kelapa ditutup total untuk kegiatan ibadah umum. Bahkan, sejumlah staf pengurus masjid tidak bisa pulang. Mereka harus menginap di masjid selama masa PSBB. Terdapat sejumlah kamar di sisi utara masjid yang digunakan para pengurus untuk menginap. Semua kebutuhan pengurus masjid dijamin, tapi mereka tidak boleh keluar.

Aktivitas masjid benar-benar berbeda dengan Ramadan tahun lalu. Tidak ada lagi agenda buka puasa bersama yang bisa menghabiskan 1.000 paket makanan per hari. Atau, sahur yang kadang bahkan bisa mencapai 3.000 paket. Kajian-kajian agama, tadarus, dan iktikaf di masjid juga ditiadakan.

Salat berjamaah di masjid yang mulai beroperasi pada 1970 itu dijalankan para imam dengan jumlah terbatas. Yakni, lima imam. Masjid Agung Sunda Kelapa memiliki tujuh imam. Setiap hari, 5 di antara 7 imam secara bergantian melaksanakan ibadah salat berjamaah. Seorang bertindak sebagai imam dan empat lainnya menjadi makmum dengan menjaga jarak. Termasuk untuk salat Tarawih.

’’Me-refer (merujuk) masjid yang ada di Makkah, yakni Masjidilharam dan Masjid Nabawi (di Madinah),’’ terang Sutrisno Muslimin, juru bicara Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa. Masjid di dua kota suci itu juga tidak melaksanakan ibadah untuk umum. Hanya pengurus masjid yang hadir dengan jumlah terbatas.

Sebagai gantinya, Masjid Agung Sunda Kelapa membuat program panduan ibadah di rumah. Salat Tarawih dilakukan lima imam secara berjamaah dan disiarkan secara langsung di kanal YouTube dan Instagram masjid tersebut. Juga lewat sarana radio untuk mengakomodasi jamaah yang tidak menggunakan media sosial.

Tausiah juga dilakukan secara virtual. ’’Sebagai tuntunan bagi jamaah di rumah untuk melaksanakan ibadah,’’ lanjutnya.

Itulah cara pengurus masjid agar kegiatan ibadah di rumah Allah tidak berhenti meski sedang ada pandemi Covid-19. Pada saat masyarakat umum tidak boleh mendekati masjid-masjid, para pengurus membuat program agar masjid tetap hidup. Yakni, menyiarkan kegiatan di masjid secara virtual lewat media sosial dan radio AM.

Meski akses masjid ditutup total dan ibadah dibatasi, pengurus tetap menggelar kegiatan lain terkait Ramadan. Misalnya, pengumpulan zakat, infak, dan sedekah. ’’Untuk para jamaah yang ingin menyalurkan zakat, infak, dan sedekah lewat Masjid Sunda Kelapa, kami akan tetap menerima dan menyalurkannya ke mustahik,’’ tutur Sutrisno.

Saat ini pembayaran zakat sudah bisa dilakukan secara online. Tidak perlu lagi datang ke masjid. Cara itu pula yang akan diterapkan Masjid Agung Sunda Kelapa dalam menghimpun zakat dari para jamaah. Dengan begitu, tidak timbul kerumunan. (Ilham Safutra/byu/c7/fal/jawapos)