Anak Siantar Ini Jadi Orang Terkaya ke-7 di RI

Jumat, 17 April 2020

Martua Sitorus. Foto: Forbes.com

WILMAR Internasional tentunya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, pasalnya perusahaan kelapa sawit yang namanya sudah terkenal di negara Singapura ini didirikan oleh taipan asal Indonesia, yakni Martua Sitorus.
 
Martua Sitorus merupakan bos Wilmar International yang kini sudah hengkang dari perusahaan tersebut. Kini raja minyak dari Tanah Batak itu fokus pada perusahaan barunya bernama Gama Plantation.
 
Kerap disapa “A Hok”, Martua membuktikan menjadi salah satu pebisnis sukses asal Pematang Siantar yang namanya tercatat dalam daftar Forbes. Bahkan, di tahun ini Martua masuk dalam daftar 15 orang terkaya di Indonesia, menempati posisi ke-7 setelah Chairul Tanjung. Kekayaan yang dimiliki Martua ditaksir mencapai US$ 1,8 miliar atau setara dengan Rp 28,8 triliun.
 
Namun, di balik kesuksesannya yang inspiratif ternyata semua itu ia dapatkan dari hasil kerja keras yang tinggi loh, from zero to hero menjadi ungkapan yang pas untuk menggambarkan perjalanan Martua dalam industri kelapa sawit.
 

Menjadi Pedagang Kecil di Pematang Siantar

oil_palm_Indonesia.jpg

Perkebunan sawit PT. Wilmar International. Foto: ejatlas.org

Siapa sangka pencapaiannya saat ini tidak datang begitu saja, sejak belia Martua sudah mulai membantu perekonomian keluarga dengan berjualan udang dan menjadi loper koran. Hal tersebut ia lakukan dengan tujuan yang utama yaitu bisa sekolah hingga tingkat tinggi.
 
Perjuangan yang Martua lakukan ternyata berbuah manis, setelah duduk di bangku SMA Budi Mulia, Pematang Siantar. Dia kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas HKBP Nomensen, Kota Medan.
 
Jika seringkali kita membaca profil orang sukses yang melanjutkan kuliah di luar negeri, namun tak begitu dengan Martua Sitorus, dia membuktikan bahwa bermodal pendidikan tinggi dalam negeri ia bisa menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.
 
Setelah lulus kuliah, ia tidak langsung sukses begitu saja terbukti Martua masih menjadi pedagang kecil saat itu. Nasibnya mulai berubah saat ia bertemu dan bergabung dengan Kuok Khoon Hong atau biasa disapa William. Dari sanalah mereka memulai usaha dengan olahn sawit dan perkebunan kelapa sawit.
 
Nama Wilmar International sendiri diambil dari kata “William” dan “Martua”, yaitu kedua pendiri perusahaan raksasa tersebut. Pada 1991 perusahaan Wilmar resmi berdiri bermodal 7.100 hektar kebun sawit di Sumatera Utara. Berkata keterampilan dan pengelolaan yang baik yang tadinya hanya fokus berbisnis hasil perkebunan kelapa sawit seiring berjalannya waktu Martua sukses membangun pabrik sendiri untuk memproduksi minyak kelapa sawit.
 
Pada 1997 Indonesia menghadapi krisis moneter yang membuat sebagian perusahaan gulung tikar, namun dampak tersebut nyatanya tidak terlalu mempengaruhi perkembangan bisnis Martua, di bawah kepemimpinannya perusahaan itu justru memberikan 2,5 persen tunjangan krisis kepada karyawan, bukannya memilih untuk memotong gaji karyawan.
 
Pada 1998 nama Wilmar kian terkenal di bisnis tanah air hingga berhasil menanam modal di Singapura meliputi 48 perusahaan berbeda, salah satunya PT. Multimas Nabati Asahan yang memproduksi minyak goreng merek Sania.

Martua Turun dari Jajaran Direksi Wilmar

gamatower_ext-full-night_(c)westin.jpg

Gama Tower. Foto: skyscrapercenter.com

Martua, menurut catatan Forbes, turun dari jajaran dewan direksi Wilmar yang menjadi perusahaan pedagang sawit terbesar di dunia, pada Juli 2018. Langkah itu terjadi beberapa hari setelah Greenpeace menuduh perusahaan perkebunan miliknya dan perusahaan saudaranya, Gama Corp, membersihkan ribuan hektare hutan untuk perkebunan sawit.
 
Namun, hal tersebut tidak menghentikan kerajaan bisnis yang dirintis Martua Sitorus dari nol, hal ini dibuktikan dengan suksesnya Martua menggarap usaha di bidang properti lewat Gama Corporation. Bahkan perusahaan ini mampu mengejutkan banyak pihak karema mampu membangun Gama Tower yang merupakan bangunan tertinggi di Indonesia sejangkung 288,6 meter.
 
Gama Tower merupakan properti multifungsi yang mencakup perkantoran dan hotel bintang lima. Gamaland saat itu bahkan menggandeng Marriot International untuk mengelola hotelnya dengan bendera The Westin. Selama kurun sembilan tahun hingga sekarang, Gamaland telah memiliki sejumlah portofolio propert yang tersebar di Jakarta, Bandung, Bekasi, Cilegon, Medan, Kubu Raya, Bali, dan Pekanbaru. Jadi tak heran jika nama Martua Sitorus masuk dalam jajaran orang terkaya Indonesia di tahun 2020. (kumparan)