Apindo: Bisnis Hanya Bisa Bertahan Sampai Juni

Senin, 13 April 2020

DITUTUP: Wisata museum dan Tugu Pahlawan Surabaya ditutup saat pandemi covid 19 mewabah, Minggu (12/4). (Foto: Puguh Sujiatmiko/Jawa Pos)

JAKARTA – Virus SARS-CoV-2 tidak hanya menyerang imunitas tubuh manusia dengan ganas, tetapi juga rakus menggerogoti dunia usaha. Kendati sulit, semua sektor masih berharap bisa bertahan. Namun, jika pandemi tidak berakhir sebelum semester kedua bermula, para pengusaha terpaksa mengukur lagi kemampuan bertahan mereka.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan bahwa tidak selamanya industri-industri yang terdampak pandemi itu bisa bertahan. Untuk memperpanjang ‘napas’ mereka, sebagian industri memilih berhenti berproduksi sementara. Dengan demikian, mereka bisa menekan biaya operasional.

Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani mengakui bahwa daya tahan para pelaku usaha melemah seiring meluasnya wabah global tersebut. Berdasar hasil rapat koordinasi yang Apindo lakukan belum lama ini, dia menyebutkan bahwa bisnis hanya akan bertahan sampai Juni. Itu terjadi jika demand dan beban biaya terus sama seperti sekarang.

Para pelaku usaha, ungkap Hariyadi, berharap stimulus-stimulus pemerintah terealisasi sesuai janji. Selain itu, para pebisnis berharap adanya bantuan untuk menekan beban pajak, beban listrik, gas dan sejenisnya, beban cicilan utang, bunga, hingga asuransi.

“Kalau dipaksa membayar beban-beban itu sekarang, pasti gulung tikar,” ucapnya.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno mengungkapkan, sejak Maret, trafik pemesanan perjalanan dan okupansi hotel sudah merosot sampai 70 persen. Bulan berikutnya, okupansi di Bali bahkan mencapai nol persen.

“Akhirnya, banyak yang tutup sementara. Karyawan dirumahkan dengan status unpaid leave,” ujarnya.

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menghadapi kendala yang lain. Yakni, ekspor. Mereka bahkan sudah ancang-ancang mengoreksi target pertumbuhan industri tekstil tahun ini.

“Untuk yang ekspor, sudah mulai ada yang hold delivery. Kami terus pantau sejauh mana kemampuan teman-teman. Stoknya gimana, cash flow gimana,” ungkap Ketua Umum API Jemmy Kartiwa.

Hambatan senada dihadapi para pelaku industri otomotif. Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi menegaskan bahwa produksi mobil di Indonesia masih bisa bertahan setidaknya sampai empat bulan mendatang di tengah pandemi.

Di Surabaya, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur (Jatim) Adik Dwi Putranto menjelaskan bahwa kebijakan physical distancing berdampak signifikan terhadap perekonomian. “Semua kinerja industri turun drastis,” katanya, Minggu.

Prediksi Adik, cash flow para pengusaha Jatim hanya akan bertahan sampai akhir semester pertama. “Untuk mencegah kebangkrutan, sebagian pengusaha kemudian merumahkan karyawan. Kalau gak ada yang beli produknya, ya mau gimana lagi,” ucapnya.

Kadin Jatim sangat berharap pemerintah daerah mau mengambil beberapa kebijakan yang bersifat diskresi. Misalnya, penangguhan kenaikan UMR sampai kondisi normal.

Lalu, memberikan fasilitas kemudahan usaha dengan izin terutang (penyerapan tenaga kerja). Juga membantu realisasi investasi baru atas hambatan dan layanan publik.

Terpisah, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Jatim Gondo Hartono mengungkapkan bahwa rata-rata cash flow pengusaha pariwisata hanya bertahan sampai Juni. “Kalau gak segera pulih, banyak yang tidak bisa tahan lagi,” jelasnya.

Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Surabaya M. Lutfhy berharap pengusaha mendapatkan keringanan pajak. “Memang sudah ada insentif fiskal dari pemerintah untuk industri. Tapi, khusus manufaktur saja dan hanya untuk beberapa bidang,” kata pria yang juga ketua antarlembaga Kadin Surabaya itu.

Pengamat Proyeksikan Pulih Akhir Tahun

Sejumlah pengamat ekonomi yakin perekonomian akan pulih tahun ini juga. Setidaknya, pada bulan ketujuh sejak pandemi melanda pada Maret lalu.

“Ketika Covid-19 itu nanti mendekati titik bawah atau tidak ada kasus sama sekali, orang akan mulai beraktivitas normal. Ekonomi mulai kembali dan pabrik mulai berproduksi,” jelas Direktur Eksekutif Institute Development of Economics and Finance Tauhid Ahmad.

Di sisi lain, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan data yang cukup positif bahwa pergerakan kegiatan usaha pada Maret masih konsisten. “Sejak wabah, BKPM terus mengamati pergerakan kegiatan usaha di lapangan melalui data-data yang masuk ke sistem Online Single Submission (OSS). Ternyata, sejauh ini minat pelaku usaha terpantau stabil,” tutur Tina Talisa, juru bicara BKPM. (Estu Suryowati/agf/car/c20/hep/jawapos)