Pasar Primer Perumahan Ibu Kota Turun Cukup Signifikan

Sabtu, 11 April 2020

Wajah properti Jakarta. (Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso)

JAKARTA -  Indonesia Property Watch mencatat pasar perumahan primer di DKI Jakarta selama kuartal I/2020 mengalami penurunan yang cukup signifikan dari sisi jumlah unit maupun nilai penjualan dibandingkan kuartal sebelumnya.

Survei Indonesia Property Watch (IPW) mencatat bahwa tren pasar perumahan yang mulai relatif naik di akhir tahun lalu mesti rela jatuh pada kuartal pertama di tahun.

"Sangat disayangkan, pasar perumahan yang mulai bertumbuh di akhir tahun 2019, agaknya harus kembali terpuruk karena wabah Covid-19," ujar CEO IPW Ali Tranghanda dalam keterangannya pada Kamis (9/4/2020).

Dia mengatakan bahwa kecenderungan penurunan ini diperkirakan akan terus berlanjut sampai kuartal berikutnya. Menurutnya, sentimen Covid-19 masih akan terus berlanjut sehingga akan mempengaruhi penurunan penjualan di semua proyek pengembang.

IPW mencatat bahwa nilai penjualan rumah primer di DKI Jakarta pada kuartal I/2020 tercatat sebesar Rp83.230.609.980 atau mengalami penurunan sebesar 33,3 persen (qtq).

Ali berujar, nilai tersebut masih lebih rendah dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu yaitu sebesar 24,3 persen (yoy). Hal ini juga tergambar dari jumlah unit terjual yang juga mengalami penurunan sebesar 37,9 persen (qtq) atau turun sebesar 29,4 persen (yoy).

Dari total penjualan yang ada, lanjut dia, segmen harga rumah di atas Rp2 miliar mendominasi sebesar 75 persen, sedangkan komposisi penjualan rumah dengan harga Rp1 miliar hingga Rp2 miliar sebesar 25 persen.

Ali menyebut bahwa hampir semua pengembang tidak sempat mengantisipasinya di kuartal pertama. Untuk itu, dia berharap agar para pengembang dapat cepat melakukan antisipasi dari kejadian luar biasa tersebut di kuartal kedua.

Hal ini mengingat diperkirakan pasar properti bisa semakin memburuk bila wabah Covid-19 terus berkepanjangan lantaran tidak ada yang bisa meramal kapan virus yang menjadi pandemi itu mereda.

"Semua pelaku industri dari pemerintah, perbankan, dan pengembang harus dapat bekerja sama untuk meminimalkan risiko pada industri ini,” ujar Ali.(M Syahran W Lubis/Ilham Budhiman/Bisnis)