Dunia Usaha Hanya Bisa Bertahan 3 Bulan di Tengah Gempuran Corona

Rabu, 08 April 2020

Industri tekstil dan garmen salah satu bidang usaha yang terdampak virus corona. (Foto: Dok. Biro Humas Kemnaker)

JAKARTA - Dunia usaha jadi salah satu sektor yang cukup terpuruk karena mewabahnya virus corona di Indonesia. Pandemi tersebut telah menghambat segala lini bidang usaha, mulai dari proses pengiriman bahan mentah, produksi, sampai pemasaran, nyaris sepenuhnya terhenti.
 
Kini, para pengusaha yang telah merasakan dampak ini mempertaruhkan nasib usahanya pada berapa lama waktu yang diperlukan untuk penanganan COVID-19.
 
Ketua Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sutrisno Iwantono, mengakui saat ini sebagian besar perusahaan sudah ngos-ngosan untuk tetap beroperasi. Sementara cash flow yang dimiliki rata-rata hanya mampu bertahan untuk tiga bulan ke depan.
 
"Kalau mengancam kelangsungan industri sudah pasti. Kemampuan cash flow mereka bayar pengeluaran rata-rata hanya 3 bulan. Setelah itu bagaimana?" ujar Sutrisno kepada kumparan, Kamis (8/4).
 
Beberapa bidang industri, ia akui saat ini telah memilih tutup. Di antaranya ada ribuan hotel yang telah mengambil langkah tersebut.
Pasar Tanah Abang tutup sementara

Pedagang berada di depan Blok A, Pasar Tanah Abang, Jakarta, Senin (6/4). Foto: ANTARA FOTO/Rivan Lingga

Selain itu, industri otomotif seperti Honda dan Yamaha mengalami penurunan pendapatan hingga 75 persen. Kondisi itu menyebabkan ribuan orang terancam kehilangan pekerjaan.
 
"Industri mobil Honda sudah menghentikan produksinya. Bahkan mungkin sepeda motor Honda bisa drop sampai 75 persen produksi dibanding sebelumnya, Yamaha mungkin angkanya sedikit di bawah itu, drop sekitar 50 persen. Padahal berapa banyak karyawan mereka, Honda saja satu group bisa mencapai 200.000 orang, Yamaha motor sekitar 20.000 orang. Kalau ditambah dengan industri terkait seperti para supplier, dealer, bengkel-bengkel bisa jutaan orang," jelasnya.
 
Hingga saat ini, menurut dia, para pengusaha ini masih sangat menghindari pilihan untuk melakukan PHK pekerja. Atas dasar itu, mereka memilih mendukung kebijakan pemerintah untuk memberlakukan PSBB di Jakarta agar kondisi bisa segera pulih.
Hanya saja, ia berharap selama para pekerja ini dirumahkan, pemerintah bisa membantu para pekerja melalui BLT. Sehingga bisa meringankan beban ekonomi para pekerja ini di satu sisi, serta beban cash flow perusahaan di lain sisi.
 
"PHK bukanlah alternatif yang baik, kita masih berharap ekonomi bisa pulih dan pekerja bisa kerja kembali. Hanya saja selama dirumahkan kita harap pemerintah bisa bantu mereka untuk bertahan hidup. Jadi BLT itu bisa diberikan kepada mereka dan sektor lain, sektor informal yang juga kehilangan pendapatan karena PSBB," ujarnya.
PTR- buruh korban PHK

Buruh korban PHK membuat masker untuk penanganan virus corona, di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cilincing, Jakarta, Selasa (7/4). Foto: Dok. Biro Humas Kemnaker

BLT ini ia nilai bisa sangat membantu, tetapi harus diberikan secepatnya dan tidak prosesnya tidak rumit.
"Sebenarnya dalam skema stimulus pemerintah sudah ada itu, yang kita minta timing-nya mesti tepat, kalau terlambat ya runyam. Mudah-mudahan birokrasi kita jangan kerja as usual, ini darurat jadi harus cepat," harap Sutrisno.
 
Bergantung kepada bank, ia nilai juga bukan merupakan pilihan yang tepat. Bila pengusaha semua sektor digantungkan pada pinjaman bank, ia meyakini perbankan juga bakal menghadapi tekanan berat.
 
"Bank mana yang bisa kasih pinjaman saat begitu, kecuali mungkin bank asing seperti bank Jepang. Bank menurut saya juga dalam posisi sulit, ketentuan bahwa pinjaman bisa ditunda 1 tahun ke depan akan menyebabkan bank kekurangan likuiditas. Jadi ujungnya sektor perbankan dalam tekanan berat juga ini," pungkasnya. (kumparan)